Bowen Yang Menangis Saat Tinggalkan ‘SNL’ di Episode Natal Emosional yang Dipandu Ariana Grande

AI-assistedNewsFrasa

6 Min to read

New York – Bowen Yang resmi mengucapkan selamat tinggal pada Saturday Night Live (SNL) lewat sebuah episode Natal yang sarat tawa, musik, dan air mata pada Sabtu malam, 20 Desember 2025, yang dipandu sahabat sekaligus lawan mainnya di film Wicked, Ariana Grande. Dalam sketsa penutup yang menggambarkan hari terakhir kerja seorang pegawai lounge bandara pada malam Natal, Yang tak kuasa menahan tangis saat menyanyikan “Please Come Home for Christmas” bersama Grande dan Cher, yang malam itu bertindak sebagai bintang tamu musik.

Perpisahan Emosional di Delta Lounge Penuh Eggnog

Sketsa terakhir malam itu berpusat pada karakter Yang, seorang pegawai lounge maskapai yang sedang menjalani shift terakhir pada malam Natal. Ia melayani para penumpang dengan eggnog dari mesin yang “rusak” sambil melontarkan sejumlah dialog perpisahan yang jelas menjadi metafora bagi keputusannya meninggalkan SNL. “Ini shift terakhirku. Sedih juga. Aku akan merindukan segala sesuatu tentang tempat ini,” ujarnya dalam sketsa, sebelum mengaku “sangat beruntung” pernah bisa bekerja di sana.

Grande muncul sebagai istri lansia yang ia telepon dari tempat kerja, menegaskan dinamika hangat yang sering terlihat di belakang layar di antara keduanya. Di puncak sketsa, Ariana dan Cher bergabung di lounge dan bertiga menyanyikan “Please Come Home for Christmas” sembari berpelukan, membuat Yang benar-benar menangis di depan kamera, sementara penonton di Studio 8H memberikan tepuk tangan panjang.

Sketsa itu juga menyelipkan momen perpisahan ringan dengan sesama pemain, termasuk ketika Yang menyemprotkan eggnog ke Kenan Thompson—pemeran dengan masa bakti terpanjang di sejarah acara—dalam gestur komedik yang sekaligus terasa seperti salam terakhir kepada senior yang ia kagumi.

Tujuh Musim, Lima Nominasi Emmy, Satu Jejak Bersejarah

Bowen Yang bergabung dengan SNL sebagai penulis pada 2018, sebelum dipromosikan menjadi pemain unggulan pada musim 45 (2019) dan kemudian masuk jajaran pemain utama pada musim 47. Dalam tujuh musim penampilannya, Yang berkembang dari komedian pendatang baru menjadi salah satu wajah paling menonjol di acara yang sudah berusia hampir setengah abad itu.

Sejak 2019, Yang telah mengantongi lima nominasi Primetime Emmy untuk akting komedi di SNL—sebuah capaian yang menegaskan statusnya sebagai salah satu bintang baru paling berpengaruh di televisi sketsa Amerika. Karakter-karakternya yang ikonik—mulai dari iceberg Titanic hingga komentator pop culture di segmen “Weekend Update”—membantu menyegarkan format SNL di era streaming dan media sosial.

Secara historis, kehadiran Yang punya arti yang jauh melampaui tawa. Ia tercatat sebagai pemain tetap pertama SNL yang berdarah Tionghoa dan salah satu dari sangat sedikit aktor keturunan Asia Timur yang pernah menjadi bagian dari jajaran pemain sepanjang sejarah acara tersebut. Di sisi lain, ia juga menjadi salah satu dari sedikit pria gay yang tampil terbuka di SNL, memperkaya representasi LGBTQ+ dalam komedi arus utama.

Representasi Asia dan LGBTQ di SNL yang Minim

Selama puluhan tahun, SNL kerap dikritik karena kurangnya keragaman, khususnya aktor berdarah Asia dan talenta LGBTQ. Sebuah studi tahun 2016 atas deretan pembawa acara SNL dari 1975 hingga 2016 menemukan bahwa sekitar 90% host berkulit putih, dengan hanya sekitar 1,1% yang dikategorikan sebagai “lain-lain” (termasuk keturunan Asia). Hingga Yang dipromosikan sebagai pemain pada 2019, hanya ada segelintir nama dengan garis keturunan Asia yang pernah menjadi cast reguler.

Kehadiran Yang, yang gay dan keturunan Tionghoa, sering dibaca sebagai simbol pergeseran kultur di SNL dan televisi komedi Amerika secara lebih luas. Dalam beberapa wawancara, ia kerap menyinggung beban sekaligus peluang menjadi simbol representasi, seraya menegaskan bahwa prioritas utamanya tetap membuat lelucon yang lucu dan jujur terhadap pengalamannya sendiri.

Episode Natal yang Menegaskan Daya Tarik SNL

Episode Natal tradisional SNL hampir selalu menjadi salah satu titik rating tertinggi setiap musim, dibantu oleh nuansa sentimental menjelang liburan dan deretan bintang tamu kelas A. Dalam beberapa tahun terakhir, SNL secara konsisten menarik rata-rata 4–5 juta penonton live per episode di Amerika Serikat, dengan jangkauan audiens yang jauh lebih besar jika memasukkan penayangan tertunda dan cuplikan digital di YouTube dan platform streaming NBC.

Model penayangan multiplatform itu membuat SNL tetap relevan di tengah fragmentasi penonton televisi—klip-klip pendek, termasuk sketsa Bowen Yang, rutin meraih jutaan tayangan di media sosial dan membantu memperluas dampak budaya acara di luar slot siaran tengah malam.

Dari Studio 8H ke Layar Lebar: Apa Selanjutnya bagi Bowen Yang?

Keputusan Yang untuk hengkang datang setelah dua tahun yang sibuk di luar SNL, termasuk peran di film fitur, serial streaming, dan proyek suara animasi. Dalam esai profil dan wawancara yang ia lakukan sepanjang 2024–2025, Yang beberapa kali menyinggung keinginannya mencari ruang kreatif baru di luar ritme produksi mingguan SNL yang intens. Satu musim SNL bisa memuat lebih dari 20 episode, dengan jam kerja yang terkenal panjang dari pembacaan naskah, latihan, hingga siaran langsung.

Melalui unggahan Instagram pada hari perpisahan, Yang menulis bahwa ia “mencintai bekerja di SNL, dan yang paling ia cintai adalah orang-orangnya,” sembari menyebut pengalaman di 30 Rockefeller Plaza mengajarkannya pentingnya “tetap muncul” ketika orang-orang di sekeliling membuatnya layak. Pesan itu selaras dengan tren di kalangan komedian SNL lain yang, setelah beberapa musim, beralih ke film, serial komedi, atau proyek penulisan yang memberi mereka kendali kreatif lebih besar atas materi yang mereka tampilkan.

Ariana Grande, Cher, dan Tradisi “Keluar dengan Cara Spektakuler”

Dalam sejarah SNL, beberapa perpisahan cast yang paling diingat datang lewat sketsa terakhir yang dirancang khusus sebagai momen pamit—dari Bill Hader hingga Kristen Wiig. Malam Bowen Yang menambah daftar itu dengan sentuhan musikal bintang-bintang pop, menghadirkan Ariana Grande dan Cher sebagai “pengiring wisuda” simbolis dalam perjalanan kariernya di SNL.

Grande, yang juga membintangi film musikal Wicked bersama Yang, kemudian memposting pesan haru di Instagram, menyebut betapa bangganya ia bisa hadir menyaksikan langsung perpisahan sang sahabat di Studio 8H. “Aku mencintaimu lebih dari kata-kata bisa menjelaskan… dan sangat bangga padamu,” tulisnya, seraya mengunggah rekaman sketsa eggnog terakhir Yang.

Kesimpulan: Satu Babak Tuntas, Pengaruh Tetap Panjang

Perpisahan Bowen Yang dari SNL menandai akhir sebuah babak penting, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi perjalanan panjang acara komedi larut malam paling berpengaruh di Amerika itu. Di tengah statistik representasi yang selama ini timpang, kehadirannya sebagai komedian Asia-Amerika dan gay di panggung utama televisi jaringan memberi banyak penonton—terutama generasi muda dan minoritas—cermin yang sebelumnya jarang mereka temukan.

Episode Natal 20 Desember 2025 yang penuh air mata itu mungkin hanya satu malam dalam kalender panjang SNL, tetapi akan diingat sebagai momen ketika seorang komedian meninggalkan Studio 8H dengan cara yang paling ia kuasai: lewat tawa, musik, dan kejujuran emosional yang tak berusaha disembunyikan. Bagi penonton setia, pesan yang tertinggal jelas—Bowen Yang boleh pergi dari SNL, tetapi jejaknya di panggung komedi Amerika tampaknya baru saja dimulai.

You've reached the juicy part of the story.

Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.

Free forever. No credit card. Just great reading.