Chris Rea, penyanyi dan penulis lagu Inggris yang identik dengan lagu klasik Natal “Driving Home for Christmas”, meninggal dunia di rumah sakit pada usia 74 tahun setelah sakit singkat, sebagaimana dikonfirmasi pihak keluarga melalui pernyataan kepada media Inggris pada 22 Desember 2025.
Image Illustration. Photo by Horace Goodenough on Unsplash
Kabar duka ini menandai berakhirnya perjalanan seorang musisi yang selama lima dekade telah membentuk lanskap pop dan rock Inggris, menjual puluhan juta rekaman, dan menghadirkan salah satu lagu Natal paling abadi di dunia modern.
Lahir di Middlesbrough, Inggris, pada 1951 dari ayah keturunan Italia dan ibu asal Irlandia, Chris Rea baru mulai serius memainkan gitar pada usia 21 tahun, usia yang relatif terlambat bagi seorang calon bintang rock. Latar belakang kelas pekerja dan keterlibatannya di bisnis es krim keluarga kerap ia sebut sebagai sumber etos kerja keras yang membentuk kariernya.
Rea mengawali karier dalam sejumlah band lokal sebelum menandatangani kontrak solo dan merilis album debut “Whatever Happened to Benny Santini?” pada 1978. Dari album itu lahir single “Fool (If You Think It’s Over)” yang menembus tangga lagu Amerika Serikat dan memberinya nominasi Grammy untuk kategori Pendatang Baru Terbaik.
Sepanjang kariernya, Rea merilis lebih dari 25 album studio, dua di antaranya—“The Road to Hell” (1989) dan “Auberge” (1991)—mencapai peringkat nomor satu di tangga album Inggris. Secara global, ia diperkirakan telah menjual lebih dari 30–40 juta rekaman, menempatkannya di jajaran musisi pop dan rock paling sukses dari Inggris pada generasinya.
Meski memiliki katalog lagu yang luas, nama Chris Rea hampir selalu dikaitkan dengan satu lagu: “Driving Home for Christmas”. Ditulis pada awal 1980-an saat ia menjadi penumpang mobil istrinya—ketika dirinya sedang kesulitan finansial dan bahkan dilarang mengemudi—lagu ini menggambarkan kehangatan sederhana dalam perjalanan pulang untuk merayakan Natal bersama keluarga.
Lagu tersebut pertama kali dirilis pada 1986 dan masuk dalam kompilasi “New Light Through Old Windows” pada 1988. Awalnya tidak meledak sebagai hit besar, lagu ini perlahan menjelma menjadi klasik musiman. Dalam dua dekade terakhir, “Driving Home for Christmas” secara rutin kembali masuk tangga lagu Inggris setiap bulan Desember dan bahkan mencapai posisi 10 besar pada 2022, lebih dari tiga dekade setelah pertama kali dirilis.
Di era streaming, lagu ini semakin mengukuhkan statusnya. Katalog Natal global didominasi oleh nama-nama seperti Mariah Carey dan Wham!, namun Rea berhasil menempati ceruk unik dengan balada bernuansa blues yang lembut dan melankolis. Pada 2024, lagu ini tercatat masuk jajaran lagu Natal yang paling banyak diputar di radio dan layanan streaming di Inggris setiap musim liburan, menegaskan daya tahannya lintas generasi.
Musim Natal 2025, menjelang wafatnya Rea, lagu ini kembali digunakan dalam iklan kampanye Natal jaringan ritel Marks & Spencer di Inggris, menambah lapisan makna baru bagi publik yang kini mendengarkannya sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Meski kerap diasosiasikan dengan satu lagu Natal, katalog Chris Rea jauh lebih luas dan kompleks. Di akhir 1980-an, ia menembus arus utama dengan album “Dancing with Strangers” (1987), “The Road to Hell” (1989), dan “Auberge” (1991), dengan hit seperti “The Road to Hell”, “On the Beach”, dan “Josephine”. Gaya bermusiknya memadukan rock, pop, soul, dan blues, dengan ciri khas vokal serak dan permainan gitar slide yang ekspresif.
Beberapa tahun terakhir, Rea justru menjauh dari pop arus utama dan kembali ke akar blues yang lebih murni. Ia merilis serangkaian album bernuansa blues pada 2000-an dan 2010-an, termasuk proyek ambisius bertajuk "Blue Guitars" dengan lebih dari 100 lagu yang mengeksplorasi sejarah dan gaya blues. Langkah ini memperkuat reputasinya sebagai musisi yang lebih mementingkan eksplorasi artistik ketimbang sekadar mengejar hit radio.
Di balik kesuksesannya, Rea menghabiskan sebagian besar hidup dewasanya bergulat dengan masalah kesehatan serius. Pada 2001, ia didiagnosis menderita kanker pankreas dan menjalani operasi pengangkatan pankreas, prosedur besar yang mengubah total kualitas hidupnya. Tahun 2016, ia mengalami stroke, dan setahun kemudian sempat ambruk di atas panggung saat konser di Oxford, memaksa pembatalan sejumlah pertunjukan tur.
Meski begitu, Rea tetap berkarya. Ia merilis album “Road Songs for Lovers” pada 2017 dan terus tampil secara selektif hingga beberapa tahun sebelum wafat. Dalam wawancara-wawancara terakhirnya, ia kerap menyebut bahwa kesehariannya pasca-operasi dan stroke menuntut disiplin tinggi, mulai dari pola makan hingga manajemen energi, namun ia tetap menganggap musik sebagai alasan utama untuk bangun setiap pagi.
Kematian Chris Rea memicu gelombang penghormatan dari kalangan musik, dunia olahraga, hingga pejabat lokal di kampung halamannya. Klub sepak bola Middlesbrough FC menyebutnya sebagai "ikon Teesside" dan menyatakan duka mendalam atas kepergiannya. Wali kota Middlesbrough menilai Rea telah “membantu menempatkan kota itu di peta dunia” melalui musiknya.
Di media sosial, banyak penggemar membagikan kisah personal tentang bagaimana “Driving Home for Christmas” menjadi soundtrack perjalanan pulang mereka setiap akhir tahun. Bagi sebagian orang, lagu itu bukan sekadar nomor wajib playlist Natal, melainkan penanda emosional tentang rumah, jarak, dan kerinduan. Di tengah konflik global, krisis biaya hidup, dan mobilitas kerja lintas negara, gambaran sederhana tentang seseorang yang menyetir pulang untuk bertemu keluarga terasa semakin relevan.
Secara statistik, pasar musik Natal merupakan salah satu segmen paling stabil dan menguntungkan di industri rekaman. Di Inggris, lagu-lagu musiman menyumbang porsi signifikan dari pemutaran radio dan streaming setiap Desember, dengan puluhan lagu klasik dari era 1970–1990-an terus mendominasi tangga lagu. Laporan industri musik Inggris menunjukkan bahwa lagu-lagu katalog (back catalogue) menyumbang lebih dari 60% konsumsi musik tahunan, dan lagu-lagu Natal memainkan peran kunci di dalamnya. Dalam konteks itu, warisan Rea bukan hanya artistik, tetapi juga ekonomis dan kultural.
Namun di luar angka, kekuatan Rea terletak pada kemampuannya menangkap nuansa emosi yang jarang disentuh lagu-lagu Natal lain: kesepian di jalan tol, lamunan di balik kemudi, dan harapan kecil yang menyala di tengah kemacetan dan salju. Dengan gaya vokal rendah dan produksi yang hangat, “Driving Home for Christmas” menghadirkan versi Natal yang lebih intim dan membumi, jauh dari keriuhan lonceng dan paduan suara gereja yang klise.
Chris Rea meninggal hanya beberapa hari sebelum Natal, pada 22 Desember 2025, di usia 74 tahun. Menurut pernyataan keluarga, ia berpulang dengan damai di rumah sakit setelah sakit singkat, dikelilingi orang-orang terdekatnya. Ia meninggalkan seorang istri, Joan, serta dua putri mereka, Josephine dan Julia—nama yang bagi para penggemar juga lekat dengan judul salah satu lagunya.
Selama bertahun-tahun, jutaan orang di seluruh dunia memulai perjalanan akhir tahun mereka dengan suara bariton Rea yang serak namun hangat di radio mobil. Mulai Desember ini dan seterusnya, setiap kali “Driving Home for Christmas” kembali diputar, lagu itu akan membawa gema baru: bukan hanya kisah tentang seseorang yang pulang ke rumah, tetapi juga tentang seorang musisi yang, lewat musiknya, telah lama menjadi bagian dari “rumah” imajiner banyak pendengarnya.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.