Mantan Direktur Immigration and Customs Enforcement (ICE) Tom Homan membela pernyataan kontroversial Presiden Donald Trump yang menyebut komunitas Somalia sebagai 'sampah'. Pembelaan ini muncul di tengah kritik keras dari berbagai kelompok hak asasi manusia dan politisi dari kedua partai politik Amerika Serikat.
Image Illustration. Photo by Barry Talley on Unsplash
Pernyataan Trump yang kontroversial ini dilontarkan dalam konteks diskusi mengenai kebijakan imigrasi Amerika Serikat. Menurut laporan Politico, komentar tersebut memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari komunitas Somalia-Amerika yang telah lama menetap di Amerika Serikat.
Komunitas Somalia di Amerika Serikat merupakan salah satu kelompok imigran terbesar dari Afrika. Berdasarkan data dari Census Bureau Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 150.000 hingga 200.000 warga Amerika keturunan Somalia yang tersebar di berbagai negara bagian, dengan konsentrasi terbesar di Minnesota, Ohio, dan Washington.
Tom Homan, yang dikenal sebagai arsitek kebijakan imigrasi keras era Trump, muncul untuk membela mantan atasannya. Dalam wawancaranya dengan media, Homan berargumen bahwa pernyataan Trump tersebut diambil dari konteks dan sebenarnya merujuk pada masalah keamanan nasional, bukan serangan terhadap etnis tertentu.
"Presiden Trump selalu fokus pada penegakan hukum dan keamanan nasional," ujar Homan seperti dikutip dari berbagai media Amerika. Ia menekankan bahwa kebijakan imigrasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip keamanan yang ketat, terlepas dari latar belakang etnis atau negara asal.
Komunitas Somalia-Amerika merespons dengan keras terhadap pernyataan tersebut. Berbagai organisasi kemasyarakatan Somalia telah mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam retorika yang mereka anggap diskriminatif dan tidak berdasar.
Data dari FBI Hate Crime Statistics menunjukkan bahwa kejahatan kebencian terhadap komunitas Muslim dan Afrika, termasuk Somalia, mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat peningkatan 25% kasus kejahatan kebencian terhadap komunitas Muslim dibandingkan tahun sebelumnya.
Terlepas dari kontroversi politik, komunitas Somalia telah memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat Amerika. Di negara bagian Minnesota, misalnya, komunitas Somalia telah menciptakan ribuan lapangan kerja melalui berbagai usaha kecil dan menengah.
Menurut studi dari University of Minnesota, komunitas Somalia-Amerika di Twin Cities area berkontribusi sekitar $1,2 miliar terhadap ekonomi lokal setiap tahunnya. Mereka juga aktif dalam berbagai bidang profesi, mulai dari kedokteran, pendidikan, hingga teknologi.
Kontroversi ini muncul di tengah meningkatnya polarisasi politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan. Berbagai pengamat politik memperingatkan bahwa retorika yang memecah belah dapat memperburuk ketegangan sosial yang sudah ada.
Anggota Kongres Ilhan Omar, yang merupakan keturunan Somalia dan mewakili distrik Minnesota, mengecam keras pernyataan tersebut. Dalam pernyataan resminya, Omar menyatakan bahwa retorika semacam ini "tidak mencerminkan nilai-nilai Amerika yang sesungguhnya."
Partai Demokrat dengan tegas mengecam pernyataan Trump, sementara sebagian besar anggota Partai Republik memilih untuk tidak berkomentar secara langsung. Beberapa tokoh Republik moderat, bagaimanapun, menyatakan bahwa semua komunitas Amerika harus diperlakukan dengan hormat, terlepas dari latar belakang mereka.
Data polling dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 68% warga Amerika menentang penggunaan bahasa yang merendahkan terhadap kelompok etnis atau agama tertentu dalam diskursus politik.
Pembelaan Tom Homan terhadap pernyataan kontroversial Trump tentang komunitas Somalia mencerminkan perpecahan yang lebih luas dalam politik Amerika terkait isu imigrasi dan multikulturalisme. Sementara pendukung Trump berargumen bahwa fokus utama adalah pada keamanan nasional, kritikus memandang retorika semacam ini sebagai berbahaya bagi kohesi sosial Amerika.
Komunitas Somalia-Amerika, yang telah menjadi bagian integral dari masyarakat Amerika selama puluhan tahun, terus berjuang untuk mendapat pengakuan atas kontribusi positif mereka sambil menghadapi tantangan dari sentimen anti-imigran yang semakin menguat. Kontroversi ini kemungkinan akan terus menjadi isu penting dalam lanskap politik Amerika ke depan.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.