Pertemuan Philadelphia Eagles dengan Washington Commanders di penghujung musim reguler NFL kembali hadir dengan muatan cerita yang jauh melampaui sekadar duel divisi NFC East. Eagles baru saja memastikan gelar divisi setelah menang 29-18 atas Commanders pada pertemuan 20 Desember 2025, mengamankan rekor 10-5 dan menjadi juara NFC East berturut-turut untuk pertama kali sejak 2004. Di sisi lain, Commanders memasuki laga dengan kondisi pincang setelah memutuskan menutup musim quarterback muda Jayden Daniels karena cedera siku yang kambuh, menyerahkan posisi starter kepada Marcus Mariota untuk sisa pertandingan.
Image Illustration. Photo by Doug Swinson on Unsplash
Dalam konteks seperti inilah, gaya liputan analitis ala Dave Spadaro—insider resmi Eagles—biasanya memecah laga ke dalam sejumlah storyline kunci. Berikut enam storyline terbesar yang patut diikuti jelang dan selama duel Commanders vs Eagles, disertai data dan konteks yang relevan bagi pembaca Indonesia yang ingin memahami dinamika NFL secara lebih mendalam.
Eagles datang ke Washington dengan momentum yang kembali menyala. Setelah sempat terpuruk dengan tiga kekalahan beruntun, mereka bangkit lewat kemenangan telak 31-0 atas Las Vegas Raiders, yang menjadi shutout pertama tim sejak 2018, sebelum kemudian menundukkan Commanders 29-18.
Dalam dua laga itu, serangan yang dipimpin Jalen Hurts menunjukkan efisiensi tinggi. Melawan Raiders, Hurts mencatat 12/15 operan untuk 175 yard dan tiga touchdown tanpa intersepsi, sementara Saquon Barkley menambah 78 yard lari dan satu touchdown di atas tanah. Pertanyaannya: mampukah Eagles mempertahankan kualitas eksekusi itu di laga divisi yang cenderung fisikal dan penuh tekanan emosional?
Secara struktur kompetisi, laga ini mempertemukan dua tim dengan arah musim yang sangat berbeda. Eagles sudah mengunci tiket playoff dan gelar NFC East. Commanders, dengan rekor 4-10 pada pertengahan Desember dan tersingkir dari perburuan playoff, lebih banyak berkutat dengan evaluasi roster dan pengembangan pemain muda di bawah pelatih kepala baru Dan Quinn.
Pada musim 2024, Commanders sejatinya adalah salah satu kejutan liga dengan rekor 12-5 dan serangan yang mencetak rata-rata 28,5 poin per game, menembus final NFC sebelum dikalahkan Eagles 55-23 di game kejuaraan konferensi. Hanya setahun berselang, mereka harus kembali ke papan gambar menyusul regresi performa dan cedera beruntun, terutama pada posisi quarterback.
Seperti yang kerap ditekankan Spadaro dalam analisis mingguannya, inti identitas Eagles tetap berada di garis depan—offensive line dan defensive line. Secara kumulatif musim reguler 2025, Eagles mencatat 4,2 yard per percobaan lari dan lebih dari 1.800 yard rushing tim, menunjukkan komitmen pada serangan darat yang seimbang dengan permainan udara. Di sisi lain, mereka juga mengizinkan 37 sack—angka yang cukup moderat di tengah tren pass rush agresif di NFL modern, menandakan perlindungan yang relatif stabil bagi Hurts sepanjang musim.
Commanders, yang pada puncak musim 2024 sempat dikenal dengan front seven eksplosif, kini tak lagi konsisten menekan quarterback lawan. Lini ofensif Eagles yang masih diperkuat veteran seperti Lane Johnson dan pusat serangan berpengalaman akan menjadi kunci untuk mengontrol tempo pertandingan, terutama jika mereka mampu mendikte garis scrimmage sejak kuarter pertama.
Salah satu storyline paling menarik adalah bagaimana pertahanan udara Commanders menangani kombinasi penerima Eagles. Dalam kemenangan terbaru atas Commanders, A.J. Brown menangkap sembilan umpan untuk 95 yard, sementara DeVonta Smith menambahkan satu touchdown, menegaskan kembali status duo ini sebagai salah satu tandem receiver paling produktif di NFC.
Secara total musim 2025, serangan udara Eagles menghasilkan lebih dari 3.000 yard passing, dengan efisiensi rata-rata sekitar 6,3 yard per percobaan operan dan 24 touchdown passing. Bagi Commanders yang musim ini kesulitan menjaga konsistensi di lini belakang, membatasi permainan eksplosif—deep ball ke Brown atau rute intermediate ke Smith dan Dallas Goedert—akan menjadi krusial. Jika tidak, pertandingan berpotensi cepat lepas kendali.
Dengan Jayden Daniels resmi disimpan hingga akhir musim, Dan Quinn mengonfirmasi bahwa Marcus Mariota akan memegang kendali serangan untuk sisa pertandingan. Keputusan ini diambil setelah Daniels mengalami kambuhnya dislokasi siku, melengkapi rangkaian cedera sepanjang tahun seperti sprain lutut dan cedera hamstring.
Bagi Eagles, ini berarti skenario game plan yang sedikit berbeda. Mariota, yang memiliki kemampuan lari di atas rata-rata, menuntut pertahanan untuk lebih disiplin dalam menjaga contain di tepi dan menjaga rush lane. Koordinator defensif Eagles kemungkinan akan banyak menggunakan spy linebacker dan menekan di third down untuk memaksa Mariota melempar dari dalam pocket—area yang sepanjang kariernya kerap menjadi titik lemah inkonsistensi.
Jika ada storyline jangka panjang yang dikejar Spadaro sejak awal musim, itu adalah transformasi pertahanan Eagles. Pada musim reguler 2024, mereka sudah menunjukkan profil sebagai unit papan atas dengan hanya kebobolan rata-rata 17,8 poin per game, salah satu yang terbaik di liga, seraya mencatat margin poin positif sebesar +160 sepanjang musim.
Musim ini, dengan Brandon Graham masih berkontribusi di pass rush dan front seven yang dalam rotasinya, Eagles kembali menemukan ritme. Kemenangan 31-0 atas Raiders, di mana mereka menahan lawan hanya pada 75 total yard serangan dan menguasai bola lebih dari 39 menit, menunjukkan potensi dominasi yang serupa dengan musim lalu menjelang playoff. Laga melawan Commanders—tim yang sudah tidak mengejar playoff—menjadi laboratorium ideal untuk menguji kedalaman rotasi dan skema blitz.
Satu area rapuh yang justru mencuat di tengah kemenangan Eagles atas Commanders adalah special teams. Kicker Jake Elliott melewatkan tiga field goal di babak pertama, memaksa pelatih kepala Nick Sirianni untuk lebih agresif mencari touchdown alih-alih menuntaskan drive dengan tendangan tiga poin di paruh kedua laga penentu divisi itu. Isu konsistensi Elliott menjelang playoff akan menjadi salah satu subplot yang layak dipantau; keputusan di special teams kerap menentukan nasib tim di Januari.
Dilihat dari kacamata klasemen, Eagles jauh lebih diunggulkan. Mereka punya quarterback mapan, serangan seimbang, dan pertahanan yang kembali menemukan identitas dominannya. Commanders, sebaliknya, beroperasi dengan quarterback cadangan dan agenda jangka panjang yang lebih menitikberatkan pada evaluasi dan kesehatan pemain kunci seperti Jayden Daniels.
Namun, seperti yang sering diingatkan dalam liputan-liputan Dave Spadaro, laga divisi tak pernah benar-benar “sekadar formalitas”. Enam storyline di atas—dari momentum Eagles, ketahanan pertahanan, hingga eksperimen Commanders dengan Mariota—menjadikan duel ini bukan hanya tontonan menarik bagi penggemar di Amerika, tetapi juga bahan kajian berharga bagi penikmat NFL di Indonesia yang ingin memahami bagaimana detail-detail kecil sering kali membentuk jalan cerita besar di bulan Januari.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.