Paramount Luncurkan Penawaran Bermusuhan untuk Warner Bros., Tantang Kesepakatan Netflix

AI-assistedNewsFrasa

6 Min to read

Pertarungan pengambilalihan terbesar di industri hiburan dalam satu dekade terakhir memasuki babak baru. Paramount Skydance mengumumkan penawaran bermusuhan senilai sekitar US$108,4 miliar untuk mengakuisisi Warner Bros. Discovery, langkah yang secara langsung menantang kesepakatan akuisisi senilai US$72 miliar yang sebelumnya telah disepakati Warner dengan Netflix. Penawaran Paramount, yang didukung jaringan investor Timur Tengah dan dana ekuitas swasta, berpotensi mengubah peta kekuatan Hollywood dan pasar streaming global sekaligus memicu pengawasan regulasi dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dua Tawaran, Dua Visi untuk Masa Depan Warner Bros.

Di atas kertas, kontras antara paket Paramount dan Netflix terlihat jelas. Netflix sebelumnya mencapai kesepakatan untuk membeli aset studio dan streaming Warner Bros. Discovery—termasuk Warner Bros. Pictures, HBO, dan Max—dengan nilai sekitar US$72 miliar, sebuah langkah yang akan memperkuat dominasinya di pasar video-on-demand global dan mengonsolidasikan katalog waralaba besar seperti “Harry Potter”, DC, dan “Game of Thrones”.

Sebaliknya, Paramount mengajukan penawaran bermusuhan senilai US$108,4 miliar yang mencakup pengambilalihan penuh Warner Bros. Discovery, tidak hanya unit studio dan streaming tetapi juga jaringan kabel seperti CNN dan HBO. Paramount mengklaim tawarannya menawarkan porsi kas lebih besar dan prospek integrasi yang lebih cepat dibanding kesepakatan dengan Netflix, sekaligus menyodorkan narasi “pro-Hollywood” yang menekankan pentingnya bioskop dan produksi di Los Angeles. Dokumen penawaran menyebut paket Paramount bernilai sekitar US$18 miliar lebih tinggi dalam komponen tunai, sekaligus membuka kemungkinan sinergi dengan portofolio Paramount yang mencakup Paramount Pictures, CBS, dan layanan streaming Paramount+.

Dampak Finansial: Biaya Pemutusan dan Taruhan Raksasa

Secara finansial, manuver ini penuh risiko. Dewan Warner Bros. Discovery sebelumnya telah menyetujui kesepakatan dengan Netflix yang mencakup klausul biaya pemutusan (breakup fee) miliaran dolar. Jika Warner memutuskan beralih ke Paramount, perusahaan harus membayar denda sekitar US$2,8 miliar kepada Netflix. Sebaliknya, Netflix akan dikenai biaya sekitar US$5,8 miliar jika mundur atau gagal menutup transaksi yang telah disepakati.

Angka-angka tersebut menggambarkan taruhannya: bahkan sebelum integrasi operasional dimulai, siapa pun pemenangnya akan memikul beban utang dan biaya satu kali yang sangat besar. Warner Bros. Discovery sendiri masih berada dalam fase konsolidasi pasca-merger WarnerMedia dan Discovery pada 2022, ketika perusahaan berusaha menurunkan beban utang dan memulihkan arus kas setelah kerugian streaming yang mencapai hampir US$2,1 miliar pada 2022, sebelum berbalik mencatat laba streaming US$103 juta pada 2023.

Streaming sebagai Medan Utama Pertarungan

Di balik angka jumbo akuisisi ini, inti pertarungan adalah dominasi di pasar streaming global yang tumbuh pesat. Pasar video streaming dunia diperkirakan bernilai sekitar US$129,8 miliar pada 2024 dan diproyeksikan melonjak menjadi lebih dari US$865 miliar pada 2034, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 20,9%. Netflix saat ini masih menjadi pemain dominan, namun pesaing seperti Disney+, Amazon Prime Video, dan Max milik Warner terus menekan margin dan memperebutkan pelanggan global.

Warner Bros. Discovery sendiri mulai menunjukkan tanda pemulihan di bisnis streaming. Pada kuartal IV 2024, perusahaan menambah 6,4 juta pelanggan global sehingga total pelanggan layanan Max dan unit direct-to-consumer lainnya mencapai 116,9 juta, dengan pendapatan segmen streaming naik 5% menjadi US$2,65 miliar dan laba operasional (adjusted EBITDA) kuartalan sebesar US$409 juta. Manajemen perusahaan bahkan memproyeksikan mampu mencapai 150 juta pelanggan global pada akhir 2026, menjadikan aset streaming Warner sebagai hadiah utama dalam setiap transaksi.

Dana dari Teluk dan Bayangan Politik di Balik Paramount

Salah satu aspek paling tak biasa dari penawaran Paramount adalah susunan pendanaannya. Penawaran ini ditopang aliansi langka tiga dana kekayaan negara dari Teluk—dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar—yang menyalurkan modal besar tanpa mengambil kursi dewan atau hak tata kelola langsung. Struktur seperti ini dirancang untuk meminimalkan pengawasan Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), yang biasanya menelaah investasi asing di sektor strategis.

Pendanaan tambahan datang dari Affinity Partners, firma investasi yang didirikan Jared Kushner, menantu sekaligus salah satu penasihat politik paling dekat dengan Presiden Donald Trump. Keterkaitan ini memantik perdebatan mengenai potensi pengaruh politik dalam proses peninjauan antimonopoli, terlebih ketika Gedung Putih secara terbuka mengisyaratkan keprihatinan atas sejauh mana dominasi Netflix jika kesepakatan awal dengan Warner terlaksana. Analis hukum antitrust memperingatkan bahwa intervensi langsung Presiden dalam penilaian merger akan menandai penyimpangan besar dari norma independensi penegakan hukum ekonomi di AS.

Kekhawatiran Antimonopoli dan Gugatan Konsumen

Baik kesepakatan dengan Netflix maupun penawaran Paramount menghadapi hambatan regulasi yang berat. Di pengadilan federal California, seorang pelanggan HBO Max mengajukan gugatan class action untuk memblokir akuisisi Netflix atas aset studio dan streaming Warner, dengan dalih bahwa penggabungan tersebut akan mengurangi persaingan signifikan di pasar layanan streaming berlangganan AS dan memberi Netflix kontrol atas sejumlah waralaba terbesar industri.

Gugatan konsumen seperti ini historisnya jarang berhasil menghentikan merger besar, tetapi dapat memperpanjang proses dan menambah tekanan politik. Di Kongres, anggota dari kedua partai mengkritik potensi konsolidasi yang memangkas lapangan kerja dan memperlemah pilihan konsumen. Para regulator di Departemen Kehakiman (DOJ), Komisi Perdagangan Federal (FTC), serta otoritas persaingan di Eropa diperkirakan akan mengaudit ketat dampak kedua skenario terhadap harga, inovasi, dan keragaman konten.

Nasib CNN, CBS, dan Ekosistem Berita Televisi

Di luar streaming, penawaran Paramount juga menyalakan spekulasi besar mengenai masa depan berita televisi di Amerika. Karena mencakup jaringan kabel Warner seperti CNN, skenario keberhasilan Paramount bakal membuka jalan bagi potensi penggabungan newsroom CNN dengan CBS News, dua lembaga berita siaran paling berpengaruh di AS. Langkah itu akan memunculkan pertanyaan tentang independensi editorial, keberagaman sudut pandang, hingga konsentrasi kepemilikan media di tengah iklim politik yang sangat terpolarisasi.

CNN sendiri saat ini berada di posisi sulit, tertinggal peringkat pemirsa di belakang Fox News dan jaringan kabel lain, sambil berjuang melakukan transformasi digital. Manajemen di bawah CEO Mark Thompson berupaya mengarahkan CNN menuju platform multiplatform, namun semua rencana jangka panjang itu kini berada dalam ketidakpastian karena nasib kepemilikan perusahaan induk masih menggantung.

Apa Artinya bagi Konsumen dan Pekerja Hollywood

Bagi konsumen, pertaruhan ini bisa berdampak dua arah. Di satu sisi, merger besar kerap dijual sebagai jalan untuk memperkuat kemampuan investasi konten sehingga menghadirkan lebih banyak serial dan film orisinal dengan anggaran besar. Di pasar global di mana pendapatan TV dan video diproyeksikan mencapai lebih dari US$728 miliar pada 2025, tekanan untuk terus memproduksi konten “harus tonton” (must-watch) memang sangat kuat.

Di sisi lain, konsolidasi yang memangkas jumlah pemain besar berpotensi melemahkan daya tawar pelanggan dan kreator. Dengan lebih sedikit studio raksasa yang memegang hak atas waralaba global, ruang bagi rumah produksi independen bisa menyempit, sementara konsumen dapat menghadapi kenaikan harga langganan dan berkurangnya variasi pilihan. Serikat pekerja di Hollywood—baru saja keluar dari rangkaian pemogokan panjang penulis dan aktor pada 2023—waspada bahwa efisiensi pasca-merger sering kali berarti pemangkasan lapangan kerja di balik layar, penutupan divisi, dan restrukturisasi agresif katalog film serta serial.

Kesimpulan: Perebutan Simbolik Atas Masa Depan Hiburan

Penawaran bermusuhan Paramount terhadap Warner Bros. Discovery bukan sekadar drama korporasi di antara raksasa media. Di balik angka triliunan rupiah dan manuver hukum yang kompleks, pertarungan ini menjadi simbol persaingan tiga model kekuatan baru hiburan global: raksasa platform streaming murni seperti Netflix, konglomerat media tradisional yang berupaya berevolusi seperti Paramount, dan modal negara dari Teluk yang kian agresif membeli pengaruh budaya.

Apakah pada akhirnya Warner berlabuh ke Netflix atau Paramount, keputusan dewan dan regulator dalam beberapa bulan mendatang akan membantu menjawab satu pertanyaan besar: seperti apa wajah Hollywood di era ketika algoritma, modal global, dan politik domestik berkelindan menentukan apa yang ditonton jutaan orang di layar mereka setiap hari.

You've reached the juicy part of the story.

Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.

Free forever. No credit card. Just great reading.