Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat sekitar 600 poin dan menembus rekor penutupan baru di kisaran 48.700, dipimpin lonjakan saham-saham siklikal dan keuangan setelah pergerakan tajam di Oracle memicu pergeseran dana keluar dari "saham-saham AI" favorit investor menuju sektor yang lebih luas. Data penutupan menunjukkan Dow naik 646 poin atau sekitar 1,3% ke level 48.704,01, sementara S&P 500 hanya menguat 0,2% dan Nasdaq Composite justru tergelincir 0,3%, mencerminkan pelemahan di saham teknologi dan AI. Lompatan ini sekaligus membawa Dow mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah, melampaui level sebelumnya yang juga dicapai pada Desember 2025.
Euforia di indeks blue-chip tersebut ironisnya muncul di tengah tekanan pada saham Oracle dan sejumlah nama besar lain di ekosistem kecerdasan buatan (AI), yang selama dua tahun terakhir menjadi lokomotif reli Wall Street. Perubahan sentimen inilah yang memicu rotasi tajam dari perdagangan bertema AI menuju saham-saham yang lebih sensitif terhadap siklus ekonomi—sebuah dinamika yang dapat menandai fase baru pasar saham AS di penghujung 2025.
Reli terbaru Dow terjadi ketika S&P 500 dan Nasdaq kembali tertahan oleh keraguan terhadap valuasi tinggi saham-saham teknologi dan AI. Dalam sesi perdagangan yang sama, Dow melonjak lebih dari 600 poin, sementara S&P 500 hanya naik tipis dan Nasdaq berakhir di zona merah. Menurut data Investing.com, lonjakan 646 poin pada Dow tersebut mengantarkan indeks ini ke rekor penutupan baru di 48.704,01, menandai kelanjutan tren rekornya sepanjang 2024–2025. Catatan terpisah dari data historis menunjukkan bahwa level tersebut sekaligus memperpanjang deretan tonggak baru Dow, yang sebelumnya menembus 48.000 pada November 2025.
Performa kontras antara Dow dan Nasdaq menegaskan pergeseran kepemimpinan pasar. Selama dua tahun terakhir, imbal hasil utama indeks AS sangat terkonsentrasi pada segelintir raksasa teknologi yang dijuluki "Magnificent Seven", dengan kontribusi sekitar 40% lebih terhadap kenaikan S&P 500 hingga akhir 2025. Namun analis kini menilai tanda-tanda pelebaran reli mulai tampak, dengan sektor-sektor seperti industri, material, utilitas, keuangan, dan kesehatan menunjukkan kinerja lebih baik dibanding periode sebelumnya.
Katalis utama pergerakan tajam antar sektor ini datang dari Oracle. Perusahaan perangkat lunak dan komputasi awan tersebut sebelumnya memantik euforia ketika mengerek proyeksi pertumbuhan pendapatan tahunan yang ditopang lonjakan permintaan layanan terkait AI, sehingga sahamnya sempat melesat lebih dari 13% ke rekor tertinggi. Optimisme kala itu memperkuat narasi bahwa belanja modal (capex) untuk infrastruktur AI—mulai dari chip hingga pusat data—akan tetap deras dalam beberapa tahun ke depan.
Namun dalam perkembangan berikutnya, pasar justru diguncang ketika Oracle menaikkan lagi rencana belanja infrastruktur AI dan melaporkan kinerja yang mengecewakan ekspektasi sebagian analis. Saham Oracle sempat anjlok dua digit dalam satu sesi, memicu aksi ambil untung yang meluas di saham-saham AI lain seperti Nvidia, Broadcom, AMD, dan sejumlah nama di sektor semikonduktor. Laporan Reuters juga mencatat bahwa sentimen terhadap saham-saham terkait AI semakin rapuh, dengan kekhawatiran atas potensi "gelembung" setelah sejumlah emiten chip menyampaikan panduan yang tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Reli spektakuler saham-saham AI dalam dua tahun terakhir membentuk fondasi bagi sederet rekor baru di Wall Street. Nvidia, misalnya, sempat menjadi perusahaan publik pertama yang menembus kapitalisasi pasar 5 triliun dolar AS pada Oktober 2025, ditopang lonjakan pendapatan data center lebih dari dua kali lipat dan proyeksi penjualan GPU yang dapat mencapai 500 miliar dolar hingga akhir 2026. Namun, semakin banyak analis yang mempertanyakan keberlanjutan valuasi premium tersebut, apalagi ketika laporan keuangan terbaru beberapa emiten AI mulai memicu kekecewaan.
Dalam catatan terbarunya, Axios menyoroti bagaimana pelemahan serentak di Oracle, Broadcom, dan Nvidia merefleksikan pergeseran fokus investor dari sekadar narasi pertumbuhan AI menuju penilaian yang lebih ketat terhadap metrik tradisional seperti pendapatan dan laba. Bahkan, fenomena sebelumnya yang menunjukkan potensi koreksi tajam lebih dari 1 triliun dolar AS di kapitalisasi gabungan "Magnificent Seven"—dipicu kekhawatiran atas efisiensi biaya pengembangan model AI—menjadi pengingat bahwa konsentrasi keuntungan di segelintir saham membawa risiko simetris ketika sentimen berbalik.
Sementara saham-saham teknologi dan AI bergulat dengan keraguan valuasi, sektor lain justru tampil sebagai pemenang rotasi. Data perdagangan menunjukkan peralihan dana ke saham-saham siklikal, industri, keuangan, dan beberapa emiten konsumer yang sensitif terhadap pemulihan ekonomi dan tren suku bunga The Federal Reserve. Beberapa analis menyebut pergeseran ini sebagai tanda "broadening rally", di mana kenaikan indeks utama tidak lagi sepenuhnya bertumpu pada megakap teknologi, tetapi mulai didorong oleh perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang lebih terdiversifikasi di berbagai sektor.
Kedua, fase pelebaran reli yang ditandai dengan menguatnya saham di sektor siklikal, keuangan, dan industri membuka peluang diversifikasi yang lebih sehat. Alih-alih mengejar satu tema panas, investor dapat menyeimbangkan portofolio antara saham-saham pertumbuhan (growth) yang terpapar AI dan saham bernilai (value) yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi dan tren suku bunga yang lebih bersahabat.
Lonjakan 600 poin Dow ke rekor baru menandai lebih dari sekadar pencapaian angka psikologis di papan perdagangan. Di baliknya, pasar sedang menulis ulang narasi: dari reli yang digerakkan segelintir saham AI menuju fase di mana kualitas fundamental lintas sektor kembali menjadi sorotan.
Oracle—yang semula menjadi simbol euforia belanja AI berkat lonjakan permintaan komputasi awan—secara ironis kini juga menjadi pemicu investor untuk mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka. Ketika laporan keuangan dan panduan ke depan tak lagi linear dengan ekspektasi pasar, rotasi ke sektor yang lebih luas pun tak terelakkan. Bagi pasar secara keseluruhan, pelebaran partisipasi ini justru dapat membuat reli lebih berkelanjutan. Namun bagi investor, pesan utamanya tetap sama: diversifikasi, disiplin terhadap valuasi, dan kesadaran terhadap risiko konsentrasi adalah kunci bertahan di tengah gelombang besar teknologi baru seperti AI.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.