Uni Eropa Setuju Pinjaman €90 Miliar untuk Ukraina, Debat Aset Rusia Masih Buntu

AI-assistedNewsFrasa

6 Min to read

Para pemimpin Uni Eropa (UE) akhirnya menyepakati paket pinjaman baru senilai €90 miliar untuk Ukraina guna menutup kebutuhan fiskal dan menopang upaya perang melawan Rusia selama dua tahun ke depan. Namun, terobosan finansial ini dibayangi kegagalan mencapai konsensus soal rencana kontroversial menggunakan aset Rusia yang dibekukan di Eropa sebagai jaminan atau sumber pendanaan utama.

a blue and yellow button sitting on top of a money bill

Image Illustration. Photo by Marek Studzinski on Unsplash

Keputusan diambil dalam KTT para pemimpin UE di Brussel pada 18–19 Desember 2025, setelah perundingan maraton yang menyoroti perpecahan mendalam di dalam blok terkait bagaimana menyeimbangkan dukungan jangka panjang bagi Kyiv dengan risiko hukum dan geopolitik jika menyentuh aset negara Rusia.

Detail Paket: Pinjaman Besar, Tanpa Menyentuh Kas Rusia

Paket yang disepakati berupa pinjaman sekitar €90 miliar (sekitar US$105 miliar) untuk periode 2026–2027, yang akan digelontorkan sebagai pinjaman bersama yang dijamin oleh anggaran UE dan dihimpun dari pasar modal, bukan dari penyitaan langsung aset Rusia. Menurut rancangan kesimpulan KTT yang dilihat berbagai media, dana akan dikumpulkan melalui penerbitan utang bersama ala skema pemulihan Covid-19 sebelumnya.

Presiden Dewan Eropa António Costa menyebut kesepakatan itu sebagai bukti bahwa UE mampu memenuhi janji kepada Kyiv, dengan menyatakan bahwa dukungan €90 miliar akan menutup kebutuhan pendanaan Ukraina untuk dua tahun ke depan. Para pejabat Eropa memperkirakan pinjaman ini cukup untuk menutupi kombinasi kebutuhan anggaran dan militer Ukraina selama 2026–2027.

Bagi Ukraina, yang ekonominya telah terpukul keras oleh invasi penuh Rusia sejak Februari 2022, kucuran dana ini datang pada saat krusial. Pemerintah di Kyiv diperkirakan berada di ambang kebangkrutan dan memerlukan puluhan miliar euro tambahan untuk sekadar menjaga agar layanan publik dasar, pembayaran gaji, dan operasi militer tetap berjalan. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan Ukraina membutuhkan sekitar €135–€137 miliar hanya untuk tahun 2026 dan 2027 guna menutup kekurangan fiskal dan biaya perang.

Aset Rusia Mengendap: €210 Miliar yang Belum Tersentuh

Di balik angka €90 miliar, perdebatan terbesar di Brussel justru berkutat pada aset Rusia yang dibekukan. Setelah invasi 2022, UE membekukan sekitar €210 miliar aset Bank Sentral Rusia dan entitas terkait yang disimpan di lembaga keuangan Eropa. Sekitar €185–€193 miliar dari jumlah itu ditahan oleh lembaga kliring Euroclear yang berbasis di Brussel, menjadikan Belgia pemain kunci dalam setiap rencana untuk memanfaatkan aset tersebut.

Sejumlah negara anggota, termasuk Jerman, Polandia, dan negara-negara Baltik, mendorong apa yang disebut “pinjaman reparasi”: skema di mana UE meminjam dana untuk Ukraina dengan jaminan aset Rusia yang dibekukan. Gagasannya, Ukraina akan melunasi pinjaman itu setelah Rusia diwajibkan membayar reparasi kerusakan perang di masa depan. Uni Eropa telah secara resmi menyatakan niatnya agar aset ini pada akhirnya digunakan untuk rekonstruksi Ukraina, asalkan dapat dirumuskan dasar hukum yang kokoh dan sesuai hukum internasional.

Namun rencana itu kandas di tengah kekhawatiran bahwa setiap langkah untuk mengalihkan atau menyita aset negara asing dapat memicu gelombang gugatan hukum dan pembalasan finansial dari Moskow, serta merusak reputasi Eropa sebagai wilayah yang patuh hukum dan aman bagi simpanan asing.

Perlawanan Belgia: Hukum, Risiko, dan Tekanan Domestik

Tokoh sentral di balik kejatuhan rencana penggunaan aset Rusia adalah Perdana Menteri Belgia, Bart De Wever. Pemerintah Belgia berulang kali memperingatkan bahwa menggunakan aset tersebut, meski hanya sebagai jaminan pinjaman, akan menyeret negara itu ke dalam pertarungan hukum mahal dan membuat Euroclear rentan terhadap tindakan balasan Rusia. Bank Sentral Rusia sendiri baru-baru ini mengajukan gugatan terhadap Euroclear, menandai eskalasi sengketa hukum yang sudah diperkirakan Belgia.

De Wever menyebut skema pinjaman reparasi itu sebagai “bukan ide yang baik”, dengan menyatakan bahwa terlalu banyak “ujung longgar” yang berpotensi meruntuhkan keseluruhan konstruksi hukum jika mulai ditarik satu per satu. Ia memperingatkan bahwa langkah tersebut dapat menciptakan preseden berbahaya yang merusak kepastian hukum global dan menodai klaim UE sebagai kawasan yang mematuhi aturan bahkan di saat krisis.

Kekhawatiran itu diperkuat oleh peringatan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menyebut setiap upaya merampas aset Rusia sebagai bentuk “perampokan” dan ancaman bagi kepercayaan internasional terhadap zona euro. Menurutnya, bukan hanya Rusia, tetapi juga negara-negara produsen minyak besar lain seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menempatkan cadangan signifikan di Eropa, dan langkah semacam itu bisa mendorong mereka menarik dana.

Kompromi Politik: Orbán Menahan Hak Veto, Tiga Negara Dikecualikan

Selain Belgia, kesepakatan ini juga sangat dipengaruhi oleh kalkulasi politik di beberapa negara anggota yang selama ini skeptis terhadap bantuan besar untuk Ukraina. Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko semula menentang paket pinjaman tersebut, tetapi pada akhirnya tidak memveto kesepakatan setelah mendapatkan jaminan bahwa mereka tidak akan menanggung beban keuangan langsung dari skema utang bersama UE. Sebagai bagian dari kompromi, ketiga negara itu dibebaskan dari kewajiban kontribusi terhadap potensi biaya tambahan yang timbul di tingkat anggaran UE.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán, yang dikenal bersimpati pada Moskow, mengkritik penggunaan aset Rusia dan menentang segala langkah yang menurutnya dapat menyeret UE lebih jauh ke dalam konflik. Meski demikian, ia akhirnya mengizinkan paket pinjaman berjalan, yang oleh sejumlah diplomat dipandang sebagai taktik untuk menggagalkan opsi penggunaan aset Rusia tanpa harus menanggung risiko menjadi pihak yang menggagalkan bantuan bagi Ukraina. Kesepakatan tersebut menegaskan kembali seberapa besar kekuatan negara anggota kecil dan menengah ketika keputusan kunci memerlukan konsensus seluruh anggota.

Respons dari Kyiv dan Moskow: Sinyal Politik Berlawanan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik keputusan UE, menyebut pinjaman baru itu sebagai “dukungan signifikan” yang memperkuat ketahanan Ukraina dan memberikan jaminan keamanan finansial untuk beberapa tahun ke depan. Ia menekankan pentingnya fakta bahwa aset Rusia tetap dibekukan, menandakan bahwa opsi reparasi di masa depan tetap terbuka di meja perundingan.

Di Moskow, reaksi justru bernada lega. Sejumlah pejabat Rusia menggambarkan kegagalan UE dalam memanfaatkan aset beku sebagai kemenangan bagi “akal sehat” dan supremasi hukum, dengan menuding rencana sebelumnya sebagai upaya “ilegal” untuk menggunakan uang Rusia guna mendanai lawan mereka di medan perang. Komentator pro-pemerintah memanfaatkan perkembangan ini untuk menggambarkan Eropa sebagai terpecah dan terdorong mundur oleh risiko hukum internasional.

Implikasi Jangka Panjang: Ujian bagi Solidaritas dan Reputasi Keuangan UE

Kesepakatan €90 miliar ini menandai langkah penting lain dalam strategi UE untuk menopang Ukraina secara finansial, setelah sebelumnya meluncurkan paket bantuan makrofinansial besar dan dukungan militer bersama. Namun kegagalan memanfaatkan aset Rusia menunda jawaban atas pertanyaan yang lebih besar: siapa yang pada akhirnya akan membayar biaya rekonstruksi Ukraina yang diperkirakan melampaui €600 miliar? Bank Dunia dan lembaga internasional lain beberapa kali menggarisbawahi bahwa tagihan jangka panjang untuk kerusakan infrastruktur, pemulihan ekonomi, dan kebutuhan sosial Ukraina bisa melampaui ratusan miliar dolar.

Bagi UE, perdebatan ini juga menyentuh reputasi blok sebagai kawasan finansial yang aman. Para pakar hukum memperingatkan, jika aset bank sentral suatu negara dapat dialihkan secara sepihak untuk tujuan politik, kepercayaan terhadap Eropa sebagai tempat menyimpan cadangan devisa mungkin terkikis. Di sisi lain, banyak pemimpin Eropa berargumen bahwa membiarkan Rusia lolos tanpa menanggung biaya invasi akan melemahkan tatanan hukum internasional yang sama.

Untuk saat ini, kompromi yang dicapai di Brussel berarti Ukraina akan mendapatkan suntikan dana baru tepat waktu, sementara aset Rusia tetap mengendap di rekening beku—menjadi simbol sekaligus instrumen tawar-menawar potensial dalam pertarungan politik, hukum, dan diplomatik yang jauh dari kata selesai.

You've reached the juicy part of the story.

Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.

Free forever. No credit card. Just great reading.