Rangkaian dokumen kasus Jeffrey Epstein yang kembali dibuka publik memunculkan satu detail baru yang mengundang perhatian global: sebuah email dari seseorang berinisial “A” yang menulis dari Balmoral, kediaman musim panas keluarga kerajaan Inggris, kepada Ghislaine Maxwell. Dalam email bertanggal 16 Agustus 2001 itu, “A” menanyakan apakah Maxwell sudah menemukan “inappropriate friends” atau “teman-teman yang tidak pantas” untuknya.
Image Illustration. Photo by Jeffrey Hamilton on Unsplash
Laporan terbaru CNN menyebut email itu ditandatangani “A” dan dikirim dari alamat dengan nama tampilan “The Invisible Man”, tanpa secara eksplisit mengidentifikasi pengirimnya. Namun, sejumlah media terkemuka di Inggris dan Eropa mengaitkan inisial tersebut dengan Andrew Mountbatten-Windsor, sebelumnya dikenal sebagai Pangeran Andrew, berdasarkan detail yang cocok dengan riwayat dinas militernya dan kebiasaannya berlibur di Balmoral.
Dalam email bertajuk “Summer Camp” yang kini menjadi bagian dari berkas resmi Departemen Kehakiman AS, “A” menulis kepada Maxwell: ia sedang berada di “Balmoral Summer Camp for the Royal Family” dan menggambarkan aktivitas yang padat bersama “The Girls” yang membuatnya kelelahan. Balmoral sendiri adalah hunian pribadi keluarga kerajaan Inggris di Skotlandia yang secara tradisional digunakan untuk liburan musim panas. CNN melaporkan bahwa di bagian lain email tersebut, “A” bertanya kepada Maxwell: “How’s LA? Have you found me some new inappropriate friends?” sebelum menutup pesan dengan “See ya A xxx”.
Menurut rekaman email yang sama, Maxwell menjawab sehari kemudian: “So sorry to disappoint you, however the truth must be told. I have only been able to find appropriate friends.” Jawaban ini muncul berulang dalam pemberitaan The Guardian dan The Independent, yang sama-sama menegaskan bahwa dokumen tidak secara langsung menunjukkan tindak pidana, namun menambah konteks mengenai jejaring sosial di sekitar Epstein dan Maxwell.
Walaupun email itu tidak menyebut nama lengkap pengirim, beberapa elemen dalam korespondensi memicu spekulasi publik. Laporan The Guardian mencatat bahwa email pada 2001–2002 itu menyebut soal kepergian dari “RN” (Royal Navy) dan kematian seorang pelayan (valet) yang telah bekerja sejak pengirim masih anak-anak—detail yang sesuai dengan riwayat Andrew, yang meninggalkan Angkatan Laut Kerajaan pada Juli 2001.
Media seperti Newsweek dan BBC menulis bahwa email berasal dari alamat “[email protected]” dengan nama tampilan “The Invisible Man” dan ditandatangani “A xxx”. Namun mereka menegaskan belum dapat memverifikasi bahwa alamat tersebut benar-benar milik Andrew, dan tidak ada bukti langsung bahwa pengirim adalah dirinya, meskipun kaitan kronologi dan jejaring sosial menimbulkan dugaan kuat di mata publik.
Andrew dan kuasa hukumnya, sejauh ini, konsisten membantah seluruh tuduhan terkait Epstein maupun klaim bahwa ia terlibat dalam penyalahgunaan seksual. Dalam wawancara BBC pada 2019 yang kemudian memicu pengunduran dirinya dari tugas-tugas resmi kerajaan, Andrew menyatakan bahwa ia “secara tegas menyangkal” tuduhan bahwa ia pernah melakukan hubungan seksual dengan korban Epstein, Virginia Giuffre, ketika Giuffre masih di bawah umur.
Email 2001 dari Balmoral bukan satu-satunya korespondensi yang menjadi sorotan. Dokumen yang dirilis Departemen Kehakiman AS juga memuat email Februari–Maret 2002 terkait rencana perjalanan ke Peru. Dalam percakapan itu, Maxwell meneruskan surat-menyurat dengan seorang pengatur lokal bernama Juan Estaban Ganoza mengenai “sightseeing” dan pengaturan pertemuan dengan “girls”.
Dalam satu email, Ganoza bertanya: “About the girls… how old is he?” dan menawarkan sejumlah aktivitas wisata. “A” menjawab bahwa ia “overwhelmed at the kindness and generosity of the offers that are being made for me” dan menyerahkan urusan “girls” kepada Maxwell dan si pengatur lokal. Detail ini tercantum dalam laporan CNN tentang korespondensi tersebut, namun kembali ditegaskan bahwa tidak ada bukti di email yang menunjukkan eksplisit pelanggaran hukum atau eksploitasi anak di bawah umur terkait perjalanan ini.
Secara terpisah, catatan resmi menunjukkan bahwa Andrew memang mengunjungi Peru pada Maret 2002 dalam kapasitas resmi untuk memperingati 50 tahun naik takhta Ratu Elizabeth II. Arsip foto Getty Images menunjukkan ia berpose bersama petugas pemadam kebakaran dan menghadiri sejumlah agenda publik selama kunjungan tersebut, sebuah fakta yang semakin menguatkan konteks waktu email yang kini disorot media.
Jeffrey Epstein dinyatakan bersalah atas kejahatan seksual pada 2008 dan kembali ditangkap pada 2019 dengan dakwaan perdagangan seks anak sebelum ditemukan tewas di sel tahanan federal di New York pada Agustus 2019, yang secara resmi dinyatakan sebagai bunuh diri oleh Departemen Kehakiman AS.
Ghislaine Maxwell, yang lama disebut sebagai “tangan kanan” Epstein, dinyatakan bersalah pada Desember 2021 atas lima dakwaan federal, termasuk perdagangan seks anak dan konspirasi untuk menggrooming gadis-gadis muda bagi Epstein, dan pada 2022 dijatuhi hukuman 20 tahun penjara federal. Jaksa menuduh Maxwell dan Epstein mengeksploitasi puluhan gadis, sebagian di antaranya masih berusia 14 tahun, selama kurun waktu setidaknya dari 1994 hingga 2004.
Rilis bertahap berkas-berkas Epstein oleh pengadilan dan Departemen Kehakiman—diperkirakan mencapai sekitar satu juta halaman dokumen—telah menyeret nama-nama tokoh bisnis, akademisi, hingga pejabat publik di berbagai negara. Namun, aparat penegak hukum berulang kali mengingatkan bahwa kemunculan nama dalam dokumen tidak otomatis berarti keterlibatan dalam tindak pidana, dan banyak bagian yang tetap dirahasiakan untuk melindungi identitas korban maupun mereka yang tidak diduga melakukan kejahatan.
Email dari Balmoral memperbarui perdebatan tentang sejauh mana anggota keluarga kerajaan Inggris seharusnya dimintai pertanggungjawaban moral ketika terseret dalam orbit tokoh seperti Epstein. Kalangan aktivis korban dan sebagian pengamat hukum menilai, walaupun email itu sendiri mungkin tidak memenuhi unsur pidana, bahasa tentang “inappropriate friends” menggambarkan normalisasi pola perilaku yang bermasalah dalam lingkaran elit global yang tertutup dan sangat berkuasa.
Sejumlah penyintas Epstein sebelumnya menyatakan frustrasi atas lambannya rilis dokumen dan banyaknya bagian yang disensor. Dalam wawancara dengan media, beberapa di antara mereka menilai bahwa hanya sebagian kecil kebenaran yang telah muncul ke permukaan, sementara nama-nama berpengaruh masih terlindungi. Pandangan semacam ini muncul, misalnya, dalam liputan The Wall Street Journal tentang batch kedua berkas FBI yang menunjukkan ketegangan internal mengenai penanganan dokumen-dokumen ini.
Email dari “A” di Balmoral kepada Ghislaine Maxwell menambah satu batu bata lagi dalam mozaik besar skandal Epstein–Maxwell—mozaik yang memadukan kekerasan seksual sistematis, jejaring sosial berprofil tinggi, dan celah akuntabilitas hukum. Namun, dari sudut pandang hukum, dokumen ini sendiri belum memberi bukti langsung terjadinya kejahatan baru; ia lebih berfungsi sebagai potret budaya tertutup di mana bahasa tentang “teman-teman yang tidak pantas” dipakai dengan ringan di tengah konteks penyalahgunaan kekuasaan yang jauh lebih gelap.
Bagi publik, terutama di negara-negara demokratis yang menjunjung transparansi, korespondensi antara seorang anggota lingkaran kerajaan—entah terkonfirmasi atau masih diduga—dan seorang pelaku perdagangan seks yang sudah divonis, kembali memunculkan pertanyaan mendasar: sejauh mana institusi yang dibiayai dan dihormati publik mau dan mampu menegakkan standar etika tertinggi bagi para anggotanya sendiri. Jawaban atas pertanyaan itu, seperti berkas-berkas Epstein yang masih disegel, barangkali masih akan lama terungkap sepenuhnya.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.