Pertemuan NFC East antara Washington Commanders dan Philadelphia Eagles akhir pekan ini bukan sekadar laga divisi biasa. Di satu sisi, Eagles sedang memburu posisi puncak NFC dan mempertahankan status sebagai salah satu kekuatan dominan liga. Di sisi lain, Commanders mencoba menggagalkan pesta rival sekaligus mengukuhkan diri sebagai penantang serius di era baru mereka. Penulis senior Eagles, Dave Spadaro, merangkum enam storyline utama jelang laga ini, dan masing‑masing menggambarkan tarikan kepentingan yang besar di kedua kubu.
Image Illustration. Photo by Nick Fewings on Unsplash
Eagles datang ke laga ini sebagai salah satu unggulan utama di NFC, dengan fondasi yang sudah teruji: serangan fisikal, pertahanan agresif, dan pengalaman dalam pertandingan besar. Sejak kedatangan Nick Sirianni pada 2021, Philadelphia secara konsisten berada di papan atas konferensi, termasuk perjalanan ke Super Bowl LVII dan gelar NFC East beruntun yang mengakhiri dua dekade tanpa juara bertahan di divisi tersebut.
Di sisi lain, Commanders memasuki musim ini dengan status kuda hitam. Laju hingga dua kemenangan dari Super Bowl musim lalu mengubah mereka dari tim medioker menjadi kontender yang sah. Analis NFL menempatkan Washington di antara sedikit tim yang dianggap mampu “menggulingkan” dominasi Eagles di NFC dalam jangka pendek, berkat kombinasi budaya baru di bawah Dan Quinn dan ledakan performa quarterback muda Jayden Daniels. Commanders disebut sebagai salah satu dari enam tim yang berpotensi menggusur Eagles dari puncak NFC, sebuah penilaian yang menambah bobot duel ini sebagai tolok ukur kekuatan kedua tim.
Di atas kertas, storyline terbesar di kubu Washington adalah absennya Jayden Daniels. Rookie sensasional itu membawa Commanders dari rekor 4‑13 menjadi 12‑5, dengan 3.568 yard passing, 25 touchdown, hanya 9 interception, rating 100,1, plus 891 yard lari dan 6 touchdown di musim reguler. Angka itu menempatkannya dalam kategori musim rookie terbaik sepanjang sejarah NFL modern.
Secara historis, NFC East adalah divisi yang terkenal “tidak ramah” bagi juara bertahan. Tidak ada tim yang mampu mempertahankan gelar divisi selama 21 tahun hingga Eagles mematahkan tren tersebut di era Sirianni. Kini, mereka kembali berdiri di ambang sejarah: kemenangan atas Washington berpotensi mengunci gelar NFC East sekaligus mempertahankan tahta di salah satu divisi paling keras di NFL untuk musim ketiga beruntun. Selama rentang dua dekade tanpa juara bertahan itu, tim‑tim di divisi lain berhasil mempertahankan total 72 gelar divisi, sementara NFC East selalu berganti juara setiap tahun. Tekanan historis inilah yang membuat setiap pertandingan divisi, termasuk melawan Commanders yang berrekor buruk musim ini, terasa seperti laga playoff dini.
Jalen Hurts tetap menjadi pusat gravitasi serangan Eagles. Dalam musim‑musim terbaiknya, ia berada di papan atas liga dalam kategori seperti passer rating, rasio touchdown‑interception, dan total touchdown, sekaligus mengancam di darat dengan desain lari maupun scrambling. Ketika Hurts bermain efisien dan meminimalkan turnover, Eagles hampir selalu berada di posisi menang di kuarter empat.
Tantangan terbesarnya minggu ini datang dari front seven Washington yang eksplosif, dipimpin defensive tackle Jonathan Allen dan Daron Payne yang dalam salah satu musim puncak mereka sempat menggabungkan total 10 sack dari interior. Jika pass rush Washington mampu mengacaukan ritme Hurts dan menutup jalur scramble di tengah, Eagles akan dipaksa lebih sering melempar dari situasi tidak ideal — sesuatu yang ingin dihindari Sirianni mengingat pentingnya menjaga kesehatan quarterback franchise mereka menjelang playoff.
Salah satu duel terseru tersaji di sisi luar: korps receiver Washington menghadapi kombinasi cornerback papan atas Eagles. Sejak 2016, Darius Slay dan James Bradberry memimpin liga dalam kategori passes defensed di antara cornerback aktif, dengan masing‑masing 89 dan 84 sapuan umpan dalam rentang tersebut menurut data internal yang dikutip Spadaro. Slay juga sempat dinilai sebagai cornerback dengan grade tertinggi di NFL sejak 2021 oleh layanan data analitik independen Pro Football Focus, menegaskan reputasinya sebagai “shutdown corner”.
Commanders punya senjata untuk menguji reputasi itu: kombinasi kecepatan dan presisi rute Terry McLaurin, kedinamisan playmaker muda seperti Jayden Daniels dalam memperpanjang permainan, serta skema passing modern yang memanfaatkan motion dan formasi bunched. Bagi Washington, kunci keberhasilan adalah memaksa Eagles keluar dari struktur coverage ideal mereka dan menciptakan mismatch di slot ketika Slay dan Bradberry “dikunci” pada perimeter.
Dalam pertandingan dengan implikasi playoff, detail sering kali menjadi pembeda tipis. Untuk Eagles, special teams justru mulai menjadi sumber kegelisahan. Dalam lima pertandingan terakhir, Jake Elliott hanya memasukkan 6 dari 11 percobaan field goal dan sudah mencatat tujuh tendangan gagal musim ini — hampir menyamai delapan miss musim lalu dan melampaui jumlah miss tahun‑tahun awal kariernya di Philadelphia. Tambahkan masalah ball security di unit pengembalian, dan special teams Eagles kini berada di bawah sorotan tajam.
Bagi Commanders, ini adalah celah yang harus dimaksimalkan. Field position pendek setelah kesalahan special teams bisa menjadi “jalan pintas” untuk menutupi perbedaan kualitas roster secara keseluruhan. Dengan Mariota di quarterback dan potensi permainan lari read‑option, setiap yard tambahan yang diberikan special teams Eagles dapat diterjemahkan Washington menjadi keputusan agresif di red zone.
Dalam berbagai tulisan prapertandingan, Dave Spadaro kerap mengingatkan agar publik tidak terjebak pada rekor semata saat menilai Commanders. Tahun lalu, ia menyoroti bagaimana Washington — meski berstatus underdog — tetap mampu memaksakan gaya main fisikal dan memaksa Eagles keluar dari zona nyaman ketika kedua tim bertemu. Pola yang sama berpotensi muncul lagi: Commanders datang tanpa beban, sementara Eagles membawa ekspektasi besar kota Philadelphia di punggung mereka.
Enam storyline yang dirangkum Spadaro — dari situasi quarterback, duel di trenches, pertarungan perimeter, hingga detail special teams — menjadikan duel Commanders vs Eagles lebih dari sekadar laga minggu reguler. Bagi Philadelphia, ini adalah ujian kematangan menjelang playoff dan peluang mengunci dominasi di NFC East. Bagi Washington, ini kesempatan mengirim pesan bahwa musim sensasional mereka bukan kebetulan semata, bahkan ketika harus tampil tanpa bintang muda di posisi terpenting.
Di tengah semua narasi itu, satu hal yang pasti: jika Eagles lengah dan kembali bermasalah di detail kecil, Commanders punya cukup senjata — mulai dari front defensif yang ganas hingga ancaman lari Mariota — untuk menjadikan malam di Philadelphia sebagai pengingat pahit bahwa tidak ada kemenangan yang datang mudah di NFC East.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.