Saham Broadcom Inc. kembali menjadi sorotan di Wall Street setelah mengalami kejatuhan tajam menyusul laporan kinerja terbarunya dan komentar manajemen yang dinilai tidak cukup meyakinkan soal prospek kecerdasan buatan (AI). Dalam perdagangan Jumat, saham Broadcom sempat merosot hingga sekitar 11 persen—penurunan harian terdalam dalam lebih dari 10 bulan—ketika investor menyimpulkan bahwa lonjakan investasi AI perusahaan belum sepenuhnya diterjemahkan menjadi profitabilitas dan visibilitas jangka panjang yang mereka harapkan. Bloomberg melaporkan bahwa tekanan jual dipicu oleh kekecewaan atas proyeksi penjualan AI dan penjelasan manajemen mengenai backlog pesanan AI senilai US$73 miliar yang akan dikirim dalam enam kuartal mendatang.
Koreksi terbaru terjadi setelah reli spektakuler saham Broadcom sepanjang 2025, ketika perusahaan dipandang sebagai salah satu kandidat utama penerima kue besar belanja infrastruktur AI global. Namun, reli tersebut juga meninggikan ekspektasi ke titik yang sulit dipenuhi. Dalam sesi perdagangan Jumat di New York, saham Broadcom anjlok sekitar 11 persen, kejatuhan terbesar sejak akhir Januari, dan sempat menyentuh penurunan intraday lebih dari 8 persen di awal sesi. Penurunan tajam itu ikut menekan indeks teknologi utama dan memicu kembali kekhawatiran bahwa valuasi saham-saham bertema AI mulai mencerminkan ekspektasi yang terlalu muluk dibandingkan laba yang sudah terealisasi.
Pemicu utama kekecewaan pasar adalah angka backlog produk AI yang disampaikan CEO Broadcom, Hock Tan. Ia mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki pesanan AI senilai sekitar US$73 miliar yang akan direalisasikan dalam enam kuartal ke depan—angka yang secara absolut sangat besar, namun justru dipandang sebagian investor sebagai di bawah ekspektasi, mengingat reli harga saham dan narasi besar seputar AI yang melingkupi Broadcom sepanjang tahun ini. Tan menegaskan bahwa angka tersebut adalah batas “minimum” dan membuka ruang untuk tambahan pesanan baru seiring percepatan belanja infrastruktur AI pelanggan hiperskala.
"Kami sebenarnya berharap akan ada lebih banyak pesanan dalam enam kuartal itu," kata Tan kepada analis, seraya menjelaskan bahwa waktu tunggu (lead time) pengiriman chip AI bisa berkisar antara enam bulan hingga satu tahun tergantung produk. Namun, ketika ia menolak memberikan panduan spesifik untuk pendapatan AI tahun 2026, nada optimisme investor kian pudar.
Ironisnya, penurunan saham terjadi di tengah laporan kinerja yang secara angka tampak solid. Untuk kuartal fiskal terbaru yang berakhir awal November, Broadcom membukukan pendapatan sekitar US$18 miliar, naik sekitar 28 persen secara tahunan dan melampaui konsensus analis. Laba per saham yang disesuaikan juga melampaui perkiraan Wall Street. Selain itu, perusahaan memproyeksikan pendapatan kuartal berikutnya sekitar US$19,1 miliar—di atas estimasi analis—dan menaikkan dividen kuartalan sekitar 10 persen menjadi US$0,65 per saham, sebuah sinyal kepercayaan manajemen atas arus kas jangka panjang.
Namun di balik angka-angka kuat itu, investor menemukan titik lemah pada margin laba. Tan secara terbuka mengakui bahwa lonjakan penjualan produk AI—terutama chip akselerator kustom dan solusi jaringan berkecepatan tinggi—justru menekan margin kotor perusahaan karena bisnis AI bersifat lebih intensif modal dan cenderung memiliki margin lebih rendah dibanding sebagian lini semikonduktor dan perangkat lunak infrastruktur lainnya. Analis memperkirakan margin kotor Broadcom berpotensi tergerus lebih dari 100 basis poin seiring kontribusi AI yang kian dominan. Kekhawatiran bahwa pertumbuhan pendapatan AI datang dengan mengorbankan profitabilitas jangka menengah menjadi salah satu alasan utama koreksi harga saham pasca-laporan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Broadcom sebenarnya menjadi salah satu contoh paling jelas bagaimana ledakan AI mengubah profil bisnis perusahaan semikonduktor. Pada tahun fiskal 2024, perusahaan melaporkan pendapatan AI sekitar US$12,2 miliar—melonjak 220 persen dibanding tahun sebelumnya dan mendorong total pendapatan semikonduktor ke rekor US$30,1 miliar. Lonjakan itu terutama didorong oleh permintaan untuk AI XPU kustom serta portofolio Ethernet berkecepatan tinggi yang menghubungkan ribuan chip dalam pusat data generatif AI.
Memasuki tahun fiskal 2025, momentum itu berlanjut. Dalam pernyataan terbaru, Tan menyebut bahwa pendapatan AI tahunan telah tumbuh sekitar 65 persen menjadi sekitar US$20 miliar, mendorong pendapatan semikonduktor ke kisaran US$37 miliar. Di kuartal terakhir saja, pendapatan semikonduktor naik 35 persen secara tahunan menjadi sekitar US$11,1 miliar, dengan pendapatan AI kuartalan melonjak 74 persen menjadi US$6,5 miliar. Angka-angka ini menegaskan bahwa Broadcom bukan sekadar “ikut-ikutan” tren AI, melainkan salah satu pemasok kunci infrastruktur komputasi AI global.
Di luar itu, Broadcom menandatangani kesepakatan penting dengan OpenAI untuk memasok chip kustom dan komponen jaringan guna mendukung layanan AI generatif, yang diharapkan memberi tambahan pendapatan bagi unit chip kustom perusahaan dalam beberapa tahun mendatang. Broadcom juga mengumumkan pesanan baru senilai US$11 miliar dari startup AI Anthropic pada kuartal terakhir—di atas kontrak US$10 miliar pada kuartal sebelumnya—serta satu pesanan tambahan bernilai sekitar US$1 miliar dari pelanggan yang tidak diungkap identitasnya pada 2026. Informasi tentang “pelanggan misterius” ini, yang potensinya besar namun belum jelas skalanya, justru menambah ketidakpastian dan spekulasi di kalangan analis.
Kontras antara pertumbuhan pendapatan yang eksplosif dan kejatuhan saham mencerminkan dinamika psikologis pasar di tengah euforia AI. Di satu sisi, backlog puluhan miliar dolar dan kemitraan dengan nama-nama besar AI menggarisbawahi posisi strategis Broadcom. Di sisi lain, investor yang sudah membayar mahal untuk cerita pertumbuhan itu kini menuntut kejelasan: kapan tepatnya investasi besar-besaran di AI akan berbuah dalam bentuk margin yang stabil, arus kas yang semakin kuat, dan panduan jangka panjang yang konkret.
Kisah Broadcom mencerminkan paradoks fase awal revolusi AI di pasar modal. Narasi teknologi—dari model bahasa besar hingga pusat data superkomputer—sangat menggairahkan dan menciptakan reli harga saham yang dramatis. Namun, pada akhirnya, investor institusional menuntut disiplin yang sama: kepastian pendapatan, visibilitas jangka menengah, dan margin yang berkelanjutan.
Dalam jangka pendek, ketidakpastian soal lintasan profit AI bisa terus menimbulkan volatilitas pada saham Broadcom dan para pesaingnya. Tetapi jika backlog puluhan miliar dolar benar-benar terkonversi menjadi arus kas kuat dan perusahaan mampu menstabilkan margin melalui skala ekonomi dan efisiensi desain chip, koreksi harga saat ini bisa dilihat kelak sebagai jeda wajar di tengah perjalanan panjang membangun infrastruktur AI global. Bagi investor, pelajaran yang muncul jelas: di era AI, imbal hasil besar datang seiring risiko besar—dan ekspektasi pasar bisa berubah jauh lebih cepat daripada siklus produksi semikonduktor.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.