Pemerintah Malaysia mengirimkan bantuan kemanusiaan berupa tim medis dan 2 ton obat-obatan untuk membantu korban banjir di Aceh Utara. Langkah solidaritas negara tetangga ini menunjukkan komitmen kerjasama bilateral Indonesia-Malaysia dalam menghadapi bencana alam yang melanda wilayah perbatasan kedua negara.
Bantuan tersebut tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh pada Selasa (12/12/2023) dan langsung didistribusikan ke daerah-daerah terdampak banjir di Kabupaten Aceh Utara. Tim medis yang terdiri dari 15 tenaga kesehatan profesional siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Banjir yang melanda Aceh Utara sejak awal Desember 2023 telah menyebabkan lebih dari 25.000 jiwa mengungsi dari rumah mereka. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, banjir telah merendam 18 kecamatan dari 27 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut.
Ketinggian air di beberapa wilayah mencapai 1,5-2 meter, menyebabkan ribuan rumah terendam dan akses jalan terputus. Kondisi ini mempersulit distribusi bantuan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdampak. Hingga saat ini, tercatat 8.750 rumah terendam air dan 156 sekolah tidak dapat beroperasi normal.
Tim medis Malaysia yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Rizal bin Hassan terdiri dari berbagai spesialisasi kedokteran, termasuk dokter umum, pediatri, dan spesialis penyakit dalam. Mereka membawa peralatan medis lengkap untuk mendirikan pos kesehatan darurat di lokasi pengungsian.
Bantuan obat-obatan seberat 2 ton mencakup:
Antibiotik dan obat anti-infeksi untuk mencegah penyakit pasca banjir
Obat-obatan untuk penyakit saluran pencernaan dan diare
Vitamin dan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Obat-obatan untuk ibu hamil dan anak-anak
Peralatan medis dasar dan alat kesehatan
Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, menyambut baik bantuan dari Malaysia dan menyatakan terima kasih atas solidaritas yang ditunjukkan. "Bantuan ini sangat berarti bagi masyarakat Aceh Utara yang sedang menghadapi kesulitan akibat banjir. Kerjasama dengan Malaysia menunjukkan bahwa bencana alam tidak mengenal batas negara," ujarnya saat menerima rombongan tim medis Malaysia.
Pemerintah Provinsi Aceh telah mengalokasikan dana darurat sebesar Rp 15 miliar untuk penanganan bencana banjir ini. Dana tersebut dialokasikan untuk evakuasi korban, penyediaan logistik, dan rehabilitasi infrastruktur yang rusak.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, dr. Siti Aminah, Sp.PK, menjelaskan bahwa kondisi kesehatan masyarakat di pengungsian memerlukan perhatian khusus. "Kami mencatat peningkatan kasus diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit akibat kontak dengan air banjir," ungkapnya.
Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa dalam dua minggu terakhir, tercatat 1.247 kasus diare, 856 kasus ISPA, dan 423 kasus penyakit kulit di lokasi pengungsian. Kehadiran tim medis Malaysia diharapkan dapat membantu mengatasi lonjakan kasus ini.
Bantuan Malaysia ini merupakan bagian dari Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama Kemanusiaan yang ditandatangani kedua negara pada tahun 2019. Perjanjian ini mencakup bantuan mutual dalam situasi bencana alam dan kedaruratan kemanusiaan di wilayah perbatasan.
Konsul Jenderal Malaysia di Medan, Datuk Mohd Nazri Abdul Wahab, menyatakan bahwa Malaysia siap memberikan bantuan tambahan jika diperlukan. "Hubungan persaudaraan Malaysia-Indonesia, khususnya dengan Aceh, sudah terjalin sejak lama. Kami akan terus mendukung upaya pemulihan pasca bencana ini," tegasnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa curah hujan tinggi akan berlanjut hingga akhir Januari 2024. Hal ini meningkatkan potensi banjir susulan di wilayah Aceh Utara dan sekitarnya.
Pemerintah daerah telah menyiapkan 12 titik evakuasi tambahan dan meningkatkan sistem early warning untuk mengantisipasi banjir susulan. Tim SAR gabungan juga telah disiagakan dengan 45 perahu karet dan peralatan evakuasi lainnya.
Bantuan kemanusiaan dari Malaysia diharapkan dapat meringankan beban masyarakat Aceh Utara dalam menghadapi dampak banjir yang berkepanjangan. Kolaborasi ini juga menjadi contoh positif kerjasama regional dalam penanggulangan bencana alam di Asia Tenggara.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.