Komedian Bowen Yang secara resmi mengumumkan kepergiannya dari acara ikonik NBC, Saturday Night Live (SNL) setelah episode yang tayang pada Sabtu, 20 Desember 2025 waktu setempat. Kepergian mendadak di tengah musim ke-51 itu menutup perjalanan tujuh musim Yang sebagai salah satu wajah paling menonjol dan berpengaruh dalam sejarah terbaru SNL.
Image Illustration. Photo by National Gallery of Art on Unsplash
Kabar hengkangnya Bowen Yang pertama kali mencuat pada 19 Desember 2025, ketika sejumlah media Amerika melaporkan bahwa ia akan meninggalkan SNL usai episode akhir tahun yang menampilkan Ariana Grande sebagai pembawa acara dan Cher sebagai penampil tamu. Laporan NBC yang mengutip sumber internal produksi menyebutkan bahwa Yang akan keluar di tengah musim kedelapannya di acara tersebut, setelah sebelumnya bergabung sebagai penulis pada 2018 dan dipromosikan menjadi pemain pada 2019.
Dalam sebuah unggahan emosional di Instagram yang kemudian dikutip oleh Los Angeles Times, Yang menulis bahwa ia “mencintai bekerja di SNL, dan terutama orang-orangnya”, sekaligus berterima kasih kepada tim dan penonton atas kesempatan yang membentuk kariernya selama bertahun-tahun.
Perpisahan Bowen Yang dengan SNL dikemas dalam sebuah sketsa terakhir yang sarat simbol, ketika ia memerankan pegawai lounge kelas satu di sebuah bandara pada “shift” terakhirnya. Menurut laporan rinci Entertainment Weekly, momen itu menjadi paralel langsung dengan keputusannya meninggalkan Studio 8H di 30 Rockefeller Plaza, markas SNL di New York.
Dalam sketsa tersebut, Yang bernyanyi membawakan “Please Come Home for Christmas” bersama Ariana Grande, rekan mainnya dalam film musikal Wicked. Menurut laporan People, Yang beberapa kali tak kuasa menahan air mata, sementara Cher, yang tampil sebagai tamu musik, berperan sebagai atasan eksentriknya dan menutup adegan dengan pelukan serta nomor musikal bersama di panggung utama.
Beberapa media hiburan menggambarkan suasana di studio sebagai “campuran antara pesta dan perpisahan”, dengan sejumlah mantan pemain seperti Aidy Bryant kembali untuk mengulang sketsa populer “Trend Forecasters” di segmen Weekend Update, seolah menegaskan status Yang sebagai bagian tetap dari tradisi komedi SNL modern.
Bowen Yang pertama kali bergabung dengan SNL sebagai penulis pada 2018 sebelum dipromosikan menjadi pemain unggulan pada musim ke-45 pada 2019, dan kemudian menjadi repertory player mulai 2021. Data biografinya di Wikipedia menunjukkan bahwa ia menjadi komedian pertama keturunan Tionghoa yang bergabung sebagai pemain tetap SNL, sekaligus salah satu dari sedikit pria gay terbuka dalam sejarah panjang acara yang mulai tayang pada 1975.
Sepanjang tujuh musim, Yang dikenal lewat deretan karakter dan impersonasi yang cepat menjadi viral, mulai dari Kim Jong Un dan politisi George Santos hingga sosok “gunung es Titanic” yang sinis. Media seperti The Washington Post mencatat bahwa gaya komedi Yang yang absurd namun emosional membantu memperluas spektrum humor SNL sekaligus menarik penonton muda yang lebih beragam.
Secara industri, posisinya di SNL juga diakui melalui penghargaan. Yang menjadi featured player pertama dalam sejarah acara yang meraih nominasi Emmy untuk kategori Aktor Pendukung dalam Serial Komedi pada 2021, sebuah tonggak yang kembali menegaskan pergeseran wajah hiburan arus utama Amerika.
Kehadiran Bowen Yang di SNL sering dipandang melampaui sekadar pencapaian individu. Ketika ia diangkat menjadi pemain pada 2019, sejumlah media menyoroti fakta bahwa selama puluhan tahun, SNL mencatatkan keterwakilan yang minim dari aktor Asia, baik sebagai pemain maupun pembawa acara. Analisis yang dirangkum di halaman profil SNL di Wikipedia menyebut bahwa hingga beberapa tahun lalu hanya segelintir pemain dan enam pembawa acara keturunan Asia yang pernah tampil di program tersebut selama lebih dari empat dekade penayangan.
Di sisi lain, kehadiran Yang sebagai salah satu pemain gay terbuka juga terjadi di tengah dinamika yang lebih luas soal representasi LGBTQ di televisi. Laporan tahunan GLAAD tentang representasi LGBTQ di prime time yang dirilis November 2025 mencatat ada 489 karakter LGBTQ di tayangan prime time di jaringan televisi, kabel, dan layanan streaming AS pada musim terbaru, naik 4% dari musim sebelumnya namun masih jauh di bawah rekor 775 karakter pada 2021–2022. Angka ini menunjukkan bahwa meski ada kemajuan, ruang untuk representasi yang konsisten dan mendalam masih terbuka lebar.
Dalam konteks tersebut, posisi Yang di SNL — salah satu panggung komedi paling berpengaruh di Amerika — menjadi simbol penting. Keberadaannya membantu menggeser narasi tentang siapa yang layak menjadi pusat komedi arus utama, sekaligus membuka pintu bagi komedian berlatar belakang minoritas yang sebelumnya jarang terlihat di layar kaca nasional.
Hingga artikel ini ditulis, Bowen Yang belum membeberkan secara rinci alasan di balik keputusannya pergi. Namun wawancara sebelumnya memberi sejumlah petunjuk. Dalam perbincangan dengan People pada April dan September 2025, Yang mengakui bahwa jadwal produksi SNL yang sangat padat membuat “waktunya bukan miliknya sendiri” dan bahwa pada titik tertentu ia harus “menggantungkan topi” meski belum tahu kapan tepatnya.
Tekanan itu diperparah oleh kesibukannya di luar SNL. Dalam dua tahun terakhir, Yang memperluas portofolionya di layar lebar dan televisi, termasuk peran di film adaptasi Wicked dan sekuelnya serta sejumlah judul komedi lain yang digarap studio besar, sebagaimana dirangkum oleh Los Angeles Times. Ia juga tetap aktif sebagai pembawa podcast budaya pop populer Las Culturistas, yang tahun ini sempat diangkat menjadi acara penghargaan televisi khusus.
Secara kreatif, SNL kehilangan salah satu motor penggerak sketsa absurd yang kerap mendominasi percakapan media sosial setiap akhir pekan. Yang dikenal mampu menyuntikkan sensibilitas komedi generasi internet ke dalam format variety show yang sudah berjalan setengah abad, menjembatani penonton lama dan baru.
Secara struktural, kepergian Yang memperdalam pertanyaan tentang arah baru SNL setelah melewati tonggak musim ke-50. Dengan banyaknya pemain senior yang mundur dan rotasi cepat di belakang panggung, musim-musim mendatang berpotensi menjadi periode eksperimen format dan wajah baru — sekaligus ujian apakah acara itu masih bisa mempertahankan relevansi budaya dan rating di tengah persaingan platform digital dan streaming yang makin ketat.
Bagi Bowen Yang sendiri, pintu setelah SNL tampaknya sudah terbuka lebar. Selain lanjutan promosi film Wicked dan proyek layar lebar lainnya, laporan industri menyebut bahwa ia tengah menyiapkan sebuah film komedi orisinal bersama Searchlight Pictures, sekaligus memperkuat posisinya sebagai kreator, bukan sekadar pemain.
Dalam esai dan wawancara belakangan, Yang beberapa kali menyinggung keinginannya untuk memasuki fase karier yang “lebih sunyi” namun lebih terarah secara kreatif — mengeksplorasi proyek yang memberi ruang lebih besar bagi suara dan perspektifnya sendiri, di luar ritme produksi mingguan SNL yang brutal.
Keputusan Bowen Yang untuk meninggalkan Saturday Night Live menandai akhir dari sebuah bab penting dalam sejarah komedi televisi Amerika. Dalam tujuh musim, ia bukan hanya mengubah cara SNL menertawakan politik dan budaya pop, tetapi juga mereposisi siapa yang boleh berada di pusat panggung. Di tengah tren naik-turun representasi Asia dan LGBTQ di media arus utama, kehadiran Yang di SNL menjadi bukti bahwa keragaman tidak hanya soal angka, melainkan juga soal siapa yang diberi ruang untuk menulis, berbicara, dan — yang terpenting — membuat orang tertawa.
Bagi SNL, tantangannya kini adalah mengisi kekosongan yang ia tinggalkan tanpa mundur dari komitmen terhadap keberagaman dan pembaruan. Bagi Bowen Yang, perpisahan ini tampaknya bukan garis akhir, melainkan tanda baca koma dalam perjalanan panjang yang baru saja memasuki babak berikutnya.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.