Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Venezuela kembali mencuat dengan ancaman terbaru dari Nicolás Maduro yang menyatakan siap melawan AS, sementara Donald Trump tidak menutup kemungkinan menggunakan opsi militer. Eskalasi retorika ini memunculkan spekulasi apakah kedua negara akan terlibat dalam konflik terbuka yang dapat mengguncang stabilitas regional Amerika Latin.
Hubungan diplomatik antara Washington dan Caracas telah memburuk drastis sejak krisis politik Venezuela dimulai pada 2019. AS menolak mengakui kemenangan Maduro dalam pemilihan presiden yang dianggap tidak demokratis, dan sebaliknya memberikan dukungan kepada pemimpin oposisi Juan Guaidó sebagai presiden interim yang sah.
Data dari Departemen Keuangan AS menunjukkan bahwa sejak 2017, pemerintah Amerika telah menjatuhkan lebih dari 350 sanksi ekonomi terhadap individu dan entitas Venezuela, termasuk pembekuan aset senilai miliaran dolar dan embargo minyak yang merugikan ekonomi Venezuela hingga $11 miliar per tahun.
Dari segi kekuatan militer, terdapat kesenjangan yang sangat signifikan antara kedua negara. Berdasarkan data Global Firepower Index 2023, Amerika Serikat menempati peringkat pertama dengan anggaran pertahanan sebesar $816 miliar, sementara Venezuela berada di posisi 43 dengan anggaran hanya $2,9 miliar.
AS: 1,4 juta personel aktif, 13.300 pesawat tempur, 6.612 tank, 484 kapal perang
Venezuela: 123.000 personel aktif, 96 pesawat tempur, 390 tank, 49 kapal perang
Venezuela tidak berdiri sendiri dalam menghadapi tekanan AS. Negara ini mendapat dukungan kuat dari Rusia dan China yang memiliki investasi besar dalam sektor energi Venezuela. Rusia telah memberikan pinjaman sebesar $17 miliar sejak 2006, sementara China menginvestasikan lebih dari $50 miliar dalam dekade terakhir.
Kehadiran 2.000 personel militer Rusia dan sistem pertahanan udara S-300 di Venezuela menunjukkan komitmen Moskow untuk melindungi sekutunya. Hal ini menciptakan dimensi geopolitik yang lebih kompleks, di mana konflik AS-Venezuela berpotensi melibatkan kekuatan besar lainnya.
Krisis ekonomi Venezuela telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Bank Dunia melaporkan bahwa ekonomi Venezuela menyusut 78% sejak 2013, dengan tingkat inflasi mencapai puncak 1.370.000% pada 2018. Kondisi ini telah memicu eksodus massal penduduk Venezuela.
Menurut data UNHCR, lebih dari 7,7 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara mereka, menciptakan krisis pengungsi terbesar dalam sejarah Amerika Latin. Konflik militer akan semakin memperparah situasi kemanusiaan yang sudah kritis ini.
Analisis dari Center for Strategic and International Studies mengidentifikasi beberapa skenario potensial:
Intervensi terbatas melalui operasi khusus untuk menggulingkan Maduro
Blokade laut untuk mengisolasi Venezuela secara ekonomi
Invasi skala penuh dengan dukungan koalisi regional
Namun, setiap skenario menghadapi hambatan signifikan, termasuk resistensi gerilya, dukungan internasional yang terbatas, dan risiko destabilisasi regional yang dapat berlangsung bertahun-tahun.
Negara-negara Amerika Latin menunjukkan sikap beragam terhadap kemungkinan konflik. Grup Lima yang terdiri dari Argentina, Brasil, Kanada, Chili, Kolombia, Paraguay, Peru, dan Uruguay, mendukung transisi demokratis di Venezuela namun menolak solusi militer.
Sementara itu, Meksiko dan Uruguay terus mengadvokasi dialog dan negosiasi sebagai satu-satunya jalan keluar yang berkelanjutan. Upaya mediasi internasional melalui Kelompok Kontak Internasional yang dipimpin Uni Eropa masih berlangsung meski dengan hasil terbatas.
Meskipun retorika keras dari kedua pihak, kemungkinan konflik militer langsung antara AS dan Venezuela tetap rendah dalam jangka pendek. Biaya politik, ekonomi, dan kemanusiaan dari intervensi militer sangat tinggi, sementara tidak ada jaminan keberhasilan dalam menciptakan stabilitas jangka panjang.
Yang lebih mungkin terjadi adalah kebuntuan berkepanjangan dengan eskalasi tekanan ekonomi dan diplomatik. Masa depan Venezuela akan sangat bergantung pada kemampuan komunitas internasional untuk memfasilitasi dialog yang bermakna dan transisi politik yang damai, demi kepentingan 28 juta warga Venezuela yang menderita akibat krisis berkepanjangan ini.
Situasi ini memerlukan pemantauan ketat karena dinamika geopolitik yang terus berubah dapat mengubah kalkulasi strategis kedua negara dalam waktu singkat.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.