Indeks S&P 500 turun dari level tertingginya pada perdagangan Kamis waktu New York setelah laporan laba Oracle memicu gelombang jual di saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI). S&P 500 melemah sekitar 0,3% sementara Nasdaq Composite turun sekitar 1%, bahkan ketika Dow Jones Industrial Average justru menguat sekitar 1% dan mencetak rekor intraday baru. Pergerakan kontras ini menyoroti rotasi tajam investor dari saham-saham teknologi berorientasi AI menuju saham siklikal dan blue chip tradisional.
Pusat guncangan berasal dari Oracle. Raksasa perangkat lunak dan cloud tersebut melaporkan hasil kuartalan yang mengecewakan, terutama di segmen cloud, sambil sekaligus mengumumkan lonjakan besar rencana belanja modal (capex) untuk infrastruktur AI.
Oracle melemah hingga sekitar 14–16% dalam satu sesi setelah perusahaan meleset dari target penjualan cloud dan menaikkan proyeksi belanja modal 2026 sebanyak US$15 miliar menjadi sekitar US$50 miliar, mayoritas untuk pembangunan pusat data AI. Dalam hitungan jam, penurunan tajam ini menghapus puluhan miliar dolar kapitalisasi pasar Oracle dan langsung menyalakan kembali kekhawatiran bahwa valuasi saham-saham terkait AI telah berlari terlalu jauh.
Laporan lain memperkirakan penurunan sekitar 10–15% pada saham Oracle, penurunan satu hari terbesar sejak setidaknya awal dekade ini, setelah manajemen memperingatkan bahwa belanja tahunan akan berjalan sekitar US$15 miliar di atas rencana awal untuk menopang ekspansi AI yang agresif. Bagi banyak pelaku pasar, sinyal tersebut menjadi “tes stres” pertama terhadap narasi bahwa semua investasi masif di pusat data AI akan otomatis berujung pada lonjakan laba.
Ironisnya, koreksi ini terjadi hanya sehari setelah Wall Street merayakan rekor baru. Pada Rabu, S&P 500 menutup perdagangan dengan kenaikan sekitar 0,2% hingga menyentuh rekor penutupan terbaru di kisaran 6.901 poin, sementara Dow Jones melonjak lebih dari 646 poin atau 1,3% dan juga mencetak rekor penutupan baru. Euforia tersebut dipicu oleh keputusan Federal Reserve yang kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, pemotongan ketiga tahun ini, sekaligus memberi sinyal kebijakan yang dianggap lebih dovish oleh pasar .
Indeks yang sarat teknologi, Nasdaq Composite, menjadi korban utama sentimen negatif terhadap AI. Di tengah kejatuhan Oracle, saham-saham raksasa chip dan cloud lain—seperti Nvidia, AMD, dan sejumlah perusahaan semikonduktor—ikut tertekan, memicu kekhawatiran bahwa koreksi bisa meluas ke seluruh “ekosistem AI”.
Rotasi ini tidak hanya tampak di Dow. Indeks Russell 2000—yang merepresentasikan saham berkapitalisasi kecil di AS—juga menguat lebih dari 1% sehari sebelumnya ketika S&P 500 menyentuh rekor, menandakan bahwa reli pasar mulai melebar dari segelintir saham teknologi raksasa menuju segmen yang lebih luas dari ekonomi riil. Perpindahan arus dana dari “growth tech” ke sektor nilai dan siklikal adalah pola klasik ketika investor mulai mempertanyakan keberlanjutan tema pertumbuhan tertentu—dalam hal ini, AI.
Pertanyaan besar di balik pergerakan Kamis adalah apakah guncangan Oracle menandai awal koreksi yang lebih luas di saham-saham AI, atau sekadar jeda setelah reli dahsyat selama dua tahun terakhir. Sejak 2023, tema AI generatif telah mendorong lonjakan valuasi di saham-saham chip, cloud, dan perangkat lunak, menjadikan beberapa di antaranya motor utama reli S&P 500 dan Nasdaq .
Sejumlah indikator klasik gelembung mulai bermunculan: belanja modal yang sangat besar didanai utang, valuasi yang mengabaikan risiko eksekusi, dan keyakinan bahwa setiap dolar yang dihabiskan untuk AI pasti akan menghasilkan keuntungan luar biasa. Kasus Oracle—belanja pusat data puluhan miliar dolar di tengah kinerja cloud yang tidak memenuhi ekspektasi—memberi contoh konkret bagaimana narasi tersebut bisa retak ketika angka riil tidak sejalan dengan harapan.
Bagi investor ritel, episode Oracle menegaskan dua pelajaran utama. Pertama, tema megatrend seperti AI bisa mendorong imbal hasil luar biasa, tetapi juga membawa volatilitas yang tidak kalah ekstrem ketika ekspektasi menghadapi realitas. Kedua, diversifikasi lintas sektor dan gaya investasi—growth, value, dan siklikal—masih menjadi alat perlindungan efektif ketika satu tema dominan mengalami koreksi tajam.
Dalam jangka pendek, S&P 500 mungkin akan tetap berfluktuasi di dekat rekor sambil menunggu kejelasan lebih lanjut: baik dari sisi kebijakan Fed, data ekonomi, maupun hasil laba emiten teknologi besar berikutnya. Namun, pergeseran sentimen yang terlihat jelas pada Kamis—dari “setiap berita AI adalah kabar baik” menuju “tunjukkan bukti monetisasi”—tampaknya akan menjadi tema kunci di Wall Street memasuki tahun 2026.
You've reached the juicy part of the story.
Sign in with Google to unlock the rest — it takes 2 seconds, and we promise no spoilers in your inbox.
Free forever. No credit card. Just great reading.