Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait prakiraan hujan lebat yang akan meluas hingga wilayah Sumatera Selatan dalam beberapa hari ke depan. Kondisi cuaca ekstrem yang telah melanda berbagai daerah di Indonesia diprediksi akan berlanjut, dengan intensitas yang berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat dan infrastruktur.
Kepala BMKG dalam keterangannya menyebutkan bahwa fenomena cuaca ekstrem ini dipicu oleh aktifnya sistem tekanan rendah di wilayah perairan Samudera Hindia bagian selatan Indonesia, yang berinteraksi dengan pola angin monsun yang sedang menguat.
Berdasarkan data terkini dari BMKG, hujan lebat dengan intensitas 50-100 mm per hari diprediksi akan melanda sebagian besar wilayah Sumatera Selatan, khususnya di daerah Palembang, Lubuklinggau, Prabumulih, dan kabupaten-kabupaten di sekitar aliran Sungai Musi.
Selain Sumatera Selatan, wilayah lain yang juga berpotensi mengalami cuaca ekstrem serupa meliputi:
Lampung - dengan intensitas hujan sedang hingga lebat
Bengkulu - terutama wilayah pesisir dan pegunungan
Jambi - bagian selatan dan tengah
Sumatera Barat - wilayah pesisir selatan
Cuaca ekstrem yang berlangsung sejak awal bulan ini telah menyebabkan berbagai dampak signifikan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa dalam dua minggu terakhir, lebih dari 15.000 rumah di berbagai wilayah Sumatera terdampak banjir dan tanah longsor.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah mengaktifkan status siaga darurat di 8 kabupaten/kota yang diprediksi akan mengalami dampak paling parah. Pos-pos pengungsian darurat telah disiapkan dengan kapasitas menampung hingga 25.000 jiwa.
"Kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Jangan meremehkan peringatan cuaca ekstrem ini karena dampaknya bisa sangat serius," ujar Kepala BPBD Sumatera Selatan dalam konferensi pers kemarin.
Menurut analisis tim meteorologi BMKG, kondisi cuaca ekstrem saat ini dipicu oleh beberapa faktor utama:
Fenomena La Nina lemah yang masih berpengaruh terhadap pola curah hujan di Indonesia
Aktivitas konvektif yang tinggi di wilayah perairan sekitar Sumatera
Pola angin monsun barat yang membawa massa udara lembab dari Samudera Hindia
Data historis menunjukkan bahwa pola cuaca serupa pernah terjadi pada tahun 2019 dan 2021, dengan dampak banjir besar yang melanda wilayah Sumatera bagian selatan. Namun, prediksi saat ini menunjukkan intensitas yang berpotensi 20-30% lebih tinggi dibandingkan kejadian sebelumnya.
BMKG mengeluarkan beberapa imbauan penting bagi masyarakat yang berada di wilayah terdampak:
Hindari aktivitas di luar ruangan saat hujan deras, terutama di daerah rawan banjir dan longsor
Siapkan peralatan darurat seperti senter, radio, obat-obatan, dan makanan tahan lama
Pantau terus informasi cuaca terkini melalui aplikasi dan media resmi BMKG
Waspada terhadap pohon tumbang, banjir kilat, dan tanah longsor
Pihak maskapai penerbangan juga telah mengeluarkan travel advisory, dengan kemungkinan pembatalan atau penundaan penerbangan dari dan menuju Bandara SMB II Palembang serta bandara-bandara kecil di wilayah terdampak.
Berdasarkan model prediksi numerik terkini, cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir minggu ini dengan puncak intensitas terjadi pada hari Rabu dan Kamis mendatang. Setelah itu, kondisi cuaca diprediksi akan berangsur membaik, meskipun hujan ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi.
Untuk jangka menengah, BMKG memperkirakan memasuki bulan depan, pola cuaca akan kembali normal seiring dengan melemahnya aktivitas sistem tekanan rendah di perairan selatan Indonesia. Namun, masyarakat tetap diimbau untuk selalu waspada karena musim hujan masih akan berlanjut hingga April mendatang.
Koordinasi antara BMKG, BNPB, dan pemerintah daerah terus diperkuat untuk memastikan informasi akurat dan tindakan cepat dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem ini. Masyarakat dapat mengakses informasi cuaca terkini melalui website resmi BMKG, aplikasi Info BMKG, atau menghubungi call center 196.