Dalam sebuah pertemuan penting di Jakarta, Gubernur Mualem menarik perhatian hadirin ketika mengutip ayat Al-Quran saat menyampaikan presentasi di hadapan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan jajaran pejabat tinggi negara. Momen ini menjadi sorotan khusus karena sikap responsif Menteri Sekretaris Negara dan asistennya, Teddy, yang dengan sigap mencatat setiap kutipan ayat yang disampaikan gubernur tersebut.
Image Illustration. Photo by Mufid Majnun on Unsplash
Peristiwa ini mencerminkan bagaimana nilai-nilai keagamaan terintegrasi dalam diskusi kebijakan publik di Indonesia, sebuah negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang mencapai 87,2% dari total populasi 273 juta jiwa menurut data Badan Pusat Statistik 2023.
Pertemuan ini dilaksanakan dalam rangka koordinasi pembangunan daerah dan sinkronisasi program nasional dengan program daerah. Kehadiran Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan pentingnya aspek keamanan dan stabilitas dalam pembangunan regional. Sementara itu, kehadiran Mensesneg mengindikasikan bahwa diskusi ini memiliki dimensi kebijakan strategis yang akan dilaporkan langsung kepada Presiden.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri, terdapat 34 gubernur di seluruh Indonesia yang secara rutin melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dalam berbagai forum resmi maupun informal untuk memastikan sinkronisasi kebijakan.
Penggunaan ayat Al-Quran oleh Gubernur Mualem dalam forum resmi bukanlah hal yang asing dalam tradisi pemerintahan Indonesia. Praktik ini mencerminkan implementasi sila pertama Pancasila yang menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar filosofis negara.
Studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2022 menunjukkan bahwa 78% masyarakat Indonesia mendukung integrasi nilai-nilai keagamaan dalam proses pembuatan kebijakan publik, selama tidak bertentangan dengan prinsip kebhinekaan dan keadilan.
Yang menarik dari pertemuan ini adalah sikap responsif Menteri Sekretaris Negara dan asistennya, Teddy, yang dengan cermat mencatat setiap kutipan ayat Al-Quran yang disampaikan Gubernur Mualem. Sikap ini menunjukkan profesionalisme dan penghargaan terhadap substansi yang disampaikan, terlepas dari bentuk penyampaiannya.
Prakoso Bhairawa Putera, pengamat politik dari Universitas Indonesia, menilai bahwa respons tersebut mencerminkan kultur birokrasi yang adaptif dan inklusif. "Ini menunjukkan bagaimana pejabat tinggi negara mampu mengapresiasi berbagai bentuk komunikasi dalam konteks formal," ujarnya.
Penggunaan referensi keagamaan dalam komunikasi politik telah menjadi fenomena yang semakin umum dalam era demokrasi Indonesia. Data dari Pusat Penelitian Politik LIPI menunjukkan bahwa 65% pemimpin daerah menggunakan referensi keagamaan dalam komunikasi resmi mereka sebagai cara untuk membangun koneksi emosional dengan masyarakat.
Fenomena ini juga sejalan dengan tren global di mana pemimpin politik menggunakan simbolisme keagamaan untuk memperkuat legitimasi dan membangun kepercayaan publik. Namun, dalam konteks Indonesia yang plural, penggunaan referensi keagamaan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari eksklusivitas.
Momen ini memberikan beberapa pelajaran penting bagi tata kelola pemerintahan Indonesia. Pertama, pentingnya fleksibilitas dalam komunikasi antar-lembaga yang dapat mengakomodasi berbagai gaya dan pendekatan. Kedua, nilai responsivitas dan keterbukaan dalam menerima masukan dari berbagai sumber, termasuk yang dikemas dalam format non-konvensional.
Menurut Indeks Efektivitas Pemerintahan Bank Dunia 2023, Indonesia berada pada peringkat ke-54 dari 214 negara dalam hal efektivitas pemerintahan, dengan skor 0,02 pada skala -2,5 hingga 2,5. Peningkatan kualitas komunikasi dan koordinasi antar-lembaga dapat berkontribusi pada peningkatan indeks ini.
Integrasi nilai-nilai keagamaan dalam diskusi kebijakan publik memiliki potensi positif namun juga tantangan. Di satu sisi, hal ini dapat memperkuat legitimasi kebijakan di mata masyarakat yang religius. Di sisi lain, perlu kehati-hatian agar tidak mengabaikan prinsip inklusivitas dan kebhinekaan yang menjadi fondasi NKRI.
Survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) 2023 menunjukkan bahwa 72% responden menginginkan pemimpin yang memiliki nilai spiritual yang kuat, namun 68% juga menekankan pentingnya pemimpin yang dapat melayani semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi.
Peristiwa di mana Gubernur Mualem mengutip ayat Al-Quran di hadapan pejabat tinggi negara dan respons positif yang diberikan mencerminkan dinamika tata kelola pemerintahan Indonesia yang unik. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai spiritual dapat terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan tanpa mengabaikan profesionalisme dan inklusivitas.
Sikap Mensesneg dan stafnya yang mencatat dengan seksama menunjukkan kultur birokrasi yang adaptif dan menghargai substansi di atas formalitas. Ke depan, praktik serupa dapat menjadi model komunikasi yang efektif dalam forum-forum pemerintahan, dengan catatan tetap menjaga keseimbangan antara nilai spiritualitas dan prinsip kebhinekaan yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia.